Khutbah : Keutamaan Mencari Ilmu
اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا
سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا
اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ
وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين،
أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان،
أوْصيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ
اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ:
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا
تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ وقَالَ ايضا يَرۡفَعِ اللّٰهُ
الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجٰتٍ
Hadirin Jamaah Jumát Rahimakumullah
Abu Darda’ adalah salah satu Pe-Rowi hadist yang sangat zuhud. Beliau adalah
sahabat Nabi yang dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Salman Al Farisi. Beliau
mengikuti seluruh peperangan yang terjadi setelah perang Uhud. Pada masa Khalifah
Utsman, Abu Darda’ diangkat menjadi Hakim dan Mufti (pemberi fatwa) di Syam sekaligus
Ahli Fiqh-nya penduduk Palestina.
Bliau meriwayatkan hadits dari Sayyidah Aisyah dan Zaid bin Tsabit, Salah
satu hadist yang diriwayatkan dari Beliau adalah hadist tentang keutamaan para
penuntut ilmu yang ditulis dalam kitab Riyadus Shalihin karya Imam Nawawi yaitu
:
وعن أبي الدرداء رضي الله عنه قال : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ الله صلي الله عليه وسلم يَقُوْلُ
Dari Abu Darda’ r.a berkata: “Saya mendengar Rosulullah s.a.w. berkata :
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا
سَهَّلَ الله لَهُ طَرِيْقًا اِليَ الجَنَّةِ
Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah
memudahkan baginya jalan ke sorga.
وَاِنَّ المَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
لِطَالِبِ العِلْمِ رِضًا بِمَا صَنَعَ
Dan sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang
menuntut ilmu karena ridho dengan apa yang diperbuatnya
وَاِنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي
السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ حَتَّي
الحِيْتَانُ فِي المَاءِ
Dan sesungguhnya penghuni langit dan penghuni bumi sampai ikan yang ada dilautan senantiasa memintakan ampun kepada orang yang berilmu.
وَفَضْلُ العَالِمِ عَلَي العَابِدِ كَفَضْلِ
القَمَرِ عَلَي سَائِرِ الكَوَاكِبِ
Keutamaan orang yang ‘alim dibandingan ‘abid orang yang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan purnama terhadap bintang-bintang
وَاِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءَ,
وَاِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَدِرْهَمًا, اِنَّمَا
وَرَّثُوْا العِلْمَ, فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. رواه أبو داود
والترمذي
Sesungguhnya ulama’ para Kiai adalah pewaris para nabi dan para nabi
tidak akan mewariskan dinar ataupun dirham serta kekayaan duniawi, akan tetapi para nabi mewariskan ilmu agama, maka
barang siapa yang menuntut ilmu agama maka ia telah mengambil bagian yang
sempurna.”
Hadirin Jamaah Jumát Rahimakumullah
Hadist di atas menjelaskan tentang keutmaan mengaji untuk menuntut ilmu.
Bahwa bagi orang yang mau mengaji, Mereka akan dimudahkan masuk surga. Para Malaikat
akan menaungi dengan sayapnya. Dan ketika mereka telah Alim seluruh penduduk
langit dan bumi senantiasa memintakan ampun. Merekalah para pewaris ilmu Nabi.
Dan siapa yang mengaji dari mereka maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.
Di dalam kitab Majma’ul Bahrain, Asy Syaikh Ma’ruf bin Muhammad Bajammal
menceritakan tentang seorang yang ketika dihisab ternyata amal kejelekannya
lebih berat dari amal kebaikannya. Ketika Jibril akan melemparkan orang
tersebut ke dalam api neraka, Allah memerintahkan kepada Jibril untuk menanyai
orang tersebut.
Allah berfirman, “Wahai
Jibril, Tanyalakanlah, apakah orang pernah duduk di majelis-nya orang alim ketika
di dunia, agar Aku dapat mengampuninya dengan syafa’at orang alim?”. Ternyata orang
itu tidak pernah mengaji kepada Kiai. Tidak pernah datang kepada ulama untuk
mengaji.
Orang itu kemudian ditanya, “Apakah ketika di duia dia mencintai orang alim?”. Ternyata orang
tersebut juga tidak mencintai orang alim.
Kemudian orang itu ditanya apakah dia pernah duduk satu meja dengan orang alim, ulama, atau kiai?.
Ternyata orang tersebut tidak pernah duduk satu meja dengan orang alim.
Allah SWT Kemudian berfirman, “Wahai Jibril, tanyakanlah nama-nya. Jika namanya sama dengan nama orang
alim, maka dia akan Aku ampuni.” Ternyata namanya bukanlah nama orang alim,
bukan nama nabi, juga bukan nama wali.
Untuk terakhirkalinya Allah kemudian berfirman, “Wahai Jibril, masukan hambaku itu ke surga,
karena aku tahu, ketika di dunia, dulu, ia cinta kepada orang, yang orang itu
mencintai orang alim”.
Hadirin Jamaah Jumát Rahimakumullah
Dalam kisah tersebut kita mengetahui bahwa seorang hamba bisa mendapatkan syafaat orang alim dengan cara mencintai orang yang mencintai orang alim. Lalu bagaimanan jika kita sekarang yang masih hidup jika kita mau mengaji, bermujalasah, dan berkhidamah kepada kiai-kiai kita?. Tentu insyaAllah kita akan menjadi orang yang dimudahkan untuk masuk surga sebagaimana hadist tersebut.
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ
! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Posting Komentar untuk "Khutbah : Keutamaan Mencari Ilmu"