Ngaji Hikam Bab Zuhud (3)
Pada Pengajian malam selasa kemarin telah dijelaskan tentang zuhudnya Rasulillah dan zuhudnya Sayidina Abu Bakar As Shidiq. Sekarang Saya akan menyampaikan zuhudnya Sayidina Umar bin Khatab dan Umar bin Abdul Aziz.Umar bin Khatab dengan buyutnya yaitu Umar bin Abdul Aziz. Sama-sama Umar, julukannya sama-sama Abu hafs (singa jantan). Umar bin Khatab nasabnya bertemu Rasulillah dari seorang laki-laki bernama Ka'ab. Sayidina umar dari Ka'ab turun 10 (sepuluh). Umar bin Khatab, yaitu Umar putranya Khatab, putranya Novel, Putranya Abdi, Putranya Abdil Uzaa, putranya Robbah, putranya Abdillah, putranya Qabb, putranya Rozzah, putranya Abdi, putranya Ka'ab. Jadi Sayidina Umar dari Ka'ab turun 10 (sepuluh).
Ibunya bernama Khantamah, Binti
Hisyam, bin Al-Mughirah, bin Abdillah, bin Amr, bin Mahzu. Umar bin Khatab
lahir 13 tahun setelah kelahiran Nabi Muhmmad SAW. Jadi lebuh tua nabi dengan
selisih 13 tahun. Umar bin Khatab wafat tahun 23 H, dalam usia 63 tahun. Beliau
jadi khalifah selama 10 tahun, 6 bulan, kurang 1 hari. Umar bin Khatab adalah
orang yang zuhud. Saking zuhudnya beliau melarat. Tidak suka hidup mewah dan
sangat sederhana.
Saking zuhudnya pakaiannya hanya
satu. Pernah beliau punya baju 2, pakaian malam sendiri, pakaian siang sendiri.
Begitu saja sudah dikritik oleh rakyatnya. Jadi bajunya hanya satu, malam ya itu,
siang ya itu, sampai baju tersebut tambalannya ada 14. Presiden tapi bajunya
ditambal 14, pada salah satu tambalannya ada kulit warna merah yang terlihat
mencolok. Bajunya berupa wall, tapi bukan wall halus, wall warna kuning yang
lebih mirip seperti goni. Begitulah pakaiannya Umar.
Sayiddina Umar apabila makan,
tidak pernah makan yang lauknya (Jawa: lawuh) dua macam. Kalau lauknya garam ya
garam saja. Kalau lauknya cuka ya cuka saja. Tidak pernah garam dan cuka jadi
satu. Berbeda dengan kita yang makan hanya lodeh dan ayam panggang. Lodeh nya
saja ada tahunya ada tempenya ada udangnya ada cabainya, ada kunyitnya. Itu
lodeh saja sudah macam berapa lauknya?. Sayiddina Umar tidak seperti itu. Kalau
makan lauk garam ya garam saja. Kalau cuka ya hanya cuka saja. beliau makan
hanya satu macam saja.
Kebanyakan apa yang dimakan
Sayiddina Umar menggunakan lauk pauk minyak goreng. Tidak pakai yang lain.
Tidak "kerso" makan daging, samin, tidak "kerso" minum susu
labban (powan). Beliau ditanya, kenapa kok tidak makan daging, tidak
"kerso" samin, dan susu?. Jawabannya, "semua aku persiapkan
untuk rakyat, jangan sampai aku makan samin, makan daging, minum susu, semua
kupersiapkan untuk rakyat saya. Bahkan
Beliau pernah bersumpah. "Aku bersumpah ketika makan hanya dengan minyak,
selama rakyatku belum makmur, kalau rakyatku sudah makmur aku baru mau makan
dengan lauk/ "lawuh" .
Saking zuhudnya, beliau itu takut
kepada Allah. Takut karena jabatan yang dipikul. Luh dulu kok menjabat?. Karena
dulu dipaksa oleh umat. Sesungguhnya Umar bin Khatab tidak mau, tapi dipaksa
oleh Umat. Berbeda dengan sekarang. Kalau sekarang bukan dipaksa, tapi memaksa.
Sampai janji-janji di pasar saking pinginnya.
Umar bin Khatab kalau dengan
jabatan zuhud. Beliau takut, khawatir kalau salah dalam memimpin rakyat. Sampai
beliau sering berdoa "Ya Allah, janganlah engkau menjadikan kehancuran
umat Nabi Muhammad SAW, di atas tanganku". Seperti itu sambil menangis,
sampai pipi di wajahnya timbul garis hitam, bekas aliran air mata.
Terkadang Umar menangis sampai
terjatuh. Sehingga rakyat menyangka beliau sakit. Beliau berkata "Alangkah
senangnya hatiku, jika aku dulu diciptakan sebagai kambing, setelah aku gemuk
disembelih pemilikku, kemudian aku dimakan, dan leliaur menjadi kotoran. Dan
aku tidak dilahirkan sebagai seorang manusia.
Seuatu hari beliau mengambil
batang padi dari tanah dan berkata "alangkah senangnya jika aku tidak
diciptakan, Alangkah senangnya jika ibuku tidak melahirkan aku, alangkah
senangnya jika aku tdk jadi apa-apa, alangkah senangnya jika aku menjadi
sesuatu yang terlupakan.
Zuhudnya Umar bin Khatab. Beliau
sering memanggul tepung di punggungnya untuk para janda dan anak yatim. Tidak
boleh dibawakan prajuritnya. Karena rasa tanggung jawabnya dan takut beban
dosanya di hari kiamat. Beliau selalu
ingat tentang kematian. Di dapan api, tangannya dibakar. Kemudan kalau
kepanasan ditarik. Lalu dia berkata pada diri sendiri "Halah-halah Api
yang sekecil ini saja kamu tidak kuat, apalagi besok api neraka?. Apa kamu
berani besok masuk neraka?. Sayidina Umar, saking inginnya untuk selalu ingat
mati, cincinya ditulis "Kaffa bil Mauti wa idhun" artinya
"cukuplah untuk menjadi pituturmu dengan mengigat kematian". Maka
beliau sering melihat cincinnya agar sering ingat mati. Beliau apabila bertemu
dengan sahabat-sahabatnya, mengucapkan syair tentang kematiaan yang berbunyi:
كل يوم يقال مات فلان و فلان
ولابد من يوم يقال مات عمر
Artinya : "Setiap hari diberitakan si fulan mati, dan
si fulan mafi. Pasti pada suatu hari akan diberitakan bahwa Umar telah
mati".
نموت ونحيى كل يوم وليلة
ولابد من يوم نموت ولا نحيى
فإنا لفي الدنيا كركب سفينة
نظن وقوفا والزمان بنا يجري
Artinya: "Setiap siang dan
malam kita mati dan hidup lagi (tidur). Pasti pada suatu hari kita akan mati
dan tidak hidup lagi. Hidup-hidup kita sudah berganti alam. Karena sesungguhnya
kita hidup di dunia ini seperti naik perahu. Kita menduga berhenti, tetapi
zaman tetap berjalan meninggalkan kita.
Mati di sini artinya adalah
tidur. Sekarang kita hidup, tiga jam kemudian mati. Nanti shubuh bangun lagi.
Kita seperti naik perahu, awalnya terasa ketika meninggalkan pantai, tapi
ketika di tengah laut sudah tidak terasa. Kita seperti naik kapal terbang.
Waktu tinggal landas, kita merasa bahwa sedang melakukan perjalanan. Tapi
setelah di atas awan, kita sudah tidak merasa bahwa kita dalam perjalanan. Sama
halnya dengan kita hidup. Waktu masih kecil kita merasa waktu demi waktu
berganti. Tapi kalau sudah berumur 30 sampai dengan 40 tahun, hidup (rasanya)
seperti berhenti. Kita berhenti tumbuh dan tidak bertambah.
Umar takut kepada Allah karena
zuhudnya. Beliau pernah jatuh ketika mendengar ayat al-Quran. Beliau jatuh dan
tersungkur sampai pingsan. Banyak rakyat yang membesuk dan tidak tahu sebabnya
apa?. Ketika beliau membaca surat "اذا الشمس كورت" dan sampai pada
" واذا الصحف نشرت" , beliau tersungkur dan pingsan. Suatu ketika Beliau lewat rumah orang. Pemilik
rumah sedang shalat, dan membaca firman Allah:
والطور(١) وكتب مسطور (٢)
Kemudian beliau berhenti dan mendengarkan. Kertika sampai
pada bacaan :
"ان عذاب ربك لواقع
(٧) ماله من دافع (٨)"
Beliau turun dari khimarnya dan
bersandar pada tembok, beliau bersandar sampai watu yang sangat lama. Kemudian
kembali ke rumah dan jatuh sakit sampai satu bulan. Mereka tidak tahu kenapa
Sayidina Umar sakit.
Sayidina Umar hidup dengan
sederhana dan tawadluk. Ketika beliau pergi ke Syam (syiria). Beliau tidak mau
dikawal. Tapi hanya dibarengi oleh satu budaknya. Biasanya budak yang diajak
adalah Aslam. Dan ketika berjalan menuju Syam, Aslam diajak bergantian untuk
naik unta. "Ayo sekarang pergi ke Syam, nanti bergantian, kalau sudah
dapat satu farsah aku turun dan kamu naik".
Satu farsah = satu pos = 7.500
Meter = 7, 5 KM. Jadi setiap 7.5 KM Umar turun dari unta dan
"menuntun" dengan tali dadung, sementara budaknya (Aslam) naik unta.
Padahal jarak antara Syiria dengan Madinah itu jauh.
Ketika sudah sampai di dekat
negeri Syam. Kebetulan waktu masuk Syam, adalah giliran budaknya yang di naik
Unta sedangkan Sang Khalifah berada di bawah sambil memegang dadung unta. Di
daerah sebelum negeri Syam itu ada mata air yang sengaja dipersiapkan untuk
Sayiddina Umar. Kemudian Beliau masuk ke dalam air, dengan posisi tangan
kanannya memegang dadung unta, dan sandalnya di taruh di ketiak tangan sebelah
kiri.
Di sana sudah menunggu Amir
negeri Syam yaitu Abu Ubaidah Ibn Jarah (Ubaidah Ibn Jarah, adalah salah satu
sahabat yang dikabari gembira nabi ahli surga) datang untuk menjemput, setelah
melihat apa yang dilakukan oleh Umar beliau berkata, "Ya Amirul Mukminin,
sungguh, pembesar-pembesar negeri Syam akan menjemput kamu, maka sungguh tidak
baik jika keadaanmu sepeti ini?". (Menaruh sandal di ketiak kiri, sambil
memegang kendali dadung unta dan masuk di air). Umar bin Khatab menjawab: Allah
SWT, memuliakan kami, hanyalah sebab Islam, bukan yang lain". Artinya kami
dimuliakan Allah bukan karena jabatan, bukan karena harta, bukan karena
kedudukan, kita dimuliakan Allah karena Islam, aku tidak peduli dengan apa yang
dikatakan mereka". Apa yang telah diceritakan ini, ada di dalam kitab
Ikhya' yang oleh ditulis Imam Ghazali.
Selanjutnya tentang Umar bin
Abdul Aziz al Umawi. Imam Sufyan al-Tsauri (W.161 H) termasuk guru Imam Maliki,
beliau mengatakan "Khalifah-khalifah itu banyak, tapi yang rasyidin itu
hanya lima. Satu Abu bakar, dua Umar, tiga Ustaman bin Affan, empat Ali bin Abi
Thalib, dan lima Umar bin Abdul Aziz".
Umar bin Abdul Aziz adalah cucu
(cicit) dari Sayiddina Umar. Umar putra dari Abdul Aziz, garwo Lalila. Laila
adalah cucu dari Umar, Laila binti Asim, Asim bin Umar. Jadi Umar itu punya
putra Asim, punya cucu Laila, dan punya cicit (jawa: buyut) Umar bin Abdul
Aziz.
Umar bin Abdul Aziz lahir tahun
62 H. Tidak "menangi" Umar bin Khatab. Karena wafatnya Sayidina Umar
adalah tahun 23 H. Semebtara wafat Umar bin Abdul Aziz tahun 101 H (Lahir. 62 H
s.d W.101) pada usia 39 tahun. Beliau menjadi khalifah 2 tahun lebih 14 hari.
Saking zuhud dan adilnya rakyatnya rukun, makmur sampai binatang-binatang nya
rukun. Aneh, ada singa bermain-main dengan sapi. Musang bermain dengan ayam,
dan serigala bermain-main dengan kambing. Pejabat itu kalau adil, rakyatnya
rukun. Itu hanya menjabat dua tahun. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, sekelompok
domba dan sekelompok srigala, domba tidak merasa takut dengan serigala, dan
serigala tidak membunuh domba karena keadilannya.
Beliau sangat takut kepada Allah
terkait jabatannya sebagai khalifah. Semenjak menjadi khalifah, badanya menjadi
kurus sampai terlihat tulang-tulang rusuknya. Penghasilannya sebelum menjadi
khalifah per bulan 50.000 Dinar. 1 Dinar = 2 juta. 2 juta × 50.000 = 100 M. Dan
setelah jadi khalifah, semuanya didermakan untuk rakyat. Hartanya habis, hanya
tersisa satu gamis yang dipakai sehingga tidak pernah ganti sampai kotor. Kalau
gamis itu kotor kemudian dibasuh dan beliau hanya berdiam di kamar sampai
gamisnya kering.
Fatimah binti Abdul Malik adalah
Istri Umar bin Andul Aziz. Abdul Malik ayahnya adalah seorang khalifah yang
ketika menjadi khalifah, beliau kurang jujur dengan membelikan baju anaknya
dari kas negara, baju itu kemudian diberikan kepada Fatimah yang menjadi istri
Umar bin Abdul Aziz. Lalu Umar Bin Abdul Aziz mengembalikan harta istrinya itu
ke Baitul Mal. Istrinya di kasih tau, "Dek, Sampean pilih aku apa harta
benda dari bapakmu?. Kalau pilih harta benda, pisah denganku!, Tapi kalau pilih
aku, maka akan aku kembalikan harta dari Bapakmu ke Baitul Mal.
Kemudian istrinya memilih Umar
bin Abdul Aziz. Lalu harta dari ayahnya dikembalikan ke Baitul Mal. Sampai
pakaian istrinya seperti rakyat biasa dan Umar bin abdul aziz juga berpakaian
seperti rakyat biasa dengan gamis yang cuma satu.
Istri Umar bin Abdul Aziz
berkata, semenjak menjadi khalifah, beliau tidak pernah mandi jinabat sampai
wafat. Amat-amatnya di mintai "pamit", "istriku sendiri saja
tidak pernah saya layani". "Aku tidak pernah melihat laki-laki yang
takut kepada Allah sepeti Umar bin Abdul Aziz, saking takutnya beliau selalu
menangis ketika malam sampai tertidur. Beliau selalu ingat akan kematian.
Setiap malam beliau mengumpulkan Fuqaha (ahli fikih) untuk mengingatkan tentang
kematian, lalu mereka menangis seoalah-olah ada jenazah di depan mereka.
Beliau pernah meminta nasihat
kepada orang alim. Lalu orang alim berkata kamu bukan pertama kali dari
khalifah yang akan mati, lalu umar berkata tambahkanlah untukku. Lalu Alim
berkata, "Dari bapakmu, sampai Nabi Adam, tidak ada yg luput dari
kematian. Seorang khalifah yang begitu baiknya pun tetap ada yang tidak suka,
sampai ada yg meracuni.
Umar bin Abdul Aziz itu
keturunannya siapa?. Pada suatu malam Umar bin Khatab patroli bersama Aslam
budaknya. Malam-mama beliau mencari janda dan orang-orang yang melarat,
biasanya diberi "gelepung"/ tepung dan ditaruh di depan rumahnya.
Suatu ketika beliau letih, lelah dan ngantuk, lalu istrahat di dua batu di
depan sebuah rumah yang sederhana. Biasanya batu tersebut juga digunakan yang
punya rumah untuk duduk-duduk. Kemudian mereka (Umar dan Aslam) terkejut,
karena ada suara dari dalam rumah antara anak perempuan dan Ibunya.
Anak : "Buk Jenengan dodol susu kok dicampuri banyu,
itu tidak boleh Buk!.
Ibu : Nak, kalau nggak seperti ini nggak dapat bati. Halah
Amirul Mukminin Sayidina Umar enggak "perso" ae!.
Anak : Buk, walaupun Sayidina Umar tidak perso, tapi Allah
SWT pasti perso.
Kata-kata dari anak ini memarik
karena Sayidina Umar itu orang jujur yang mensukai orang jujur. Kemudian, umar
dodok pintu, dan bertanya kepada ibunya.
Umar : Siapa yang tadi berkata seperti ini?.
Ibu : Aku
Umar : Dan siapa yang berkata sepeti ini.
Ibu : Anakku.
Umar : Putrinya sudah punya suami?.
Pada saat itu sang ibu tidak tahu
bahwa yang bertanya adalah Sayidina Umar. Setelah patroli dan sampai di rumah,
putra-putranya dipanggil. Jumlahnya ada 14 anak yaitu 6 putri dan 7 putra.
Putra-putranya di panggil kemudian Umar dawuh "Nak aku tadi malam bertemu
dengan seorang perempuan yang shalihah, Jujur, Ayo di antara kalian siapa yang
mau tak nikahkan?. Kemudian Asim mengangkat tangan. Umar kemudian berkata,
"anak e wong melarat lo, Ibuk e rondo, dodolan susu eceran?. Lalu Asim
menjawab : nggeh Bah, kulo purun.
Paginya berangkatlah Umar bin
Khatab, Asim, Aslam. Kemudian dicarilah putri dari penjual susu itu di
rumahnya. Kemudian ketika sampai di rumah penjual susu, putrinya
"ditimbali". Masih memakai cadar. Umar bertanya "Namamu
siapa?". Putri penjual susu berkata "Zainab". Umar tanya lagi
"Sudah punya suami?. Zainab berkata "belum". Kemudain Umar
menyuruh membuka cadar Zainab. Dan berkata "Asim, lihatlah Zaenab dan
Zaenab lihatlah ini anakku namanya Asim. Lalu keduanya saling memandang.
Kemudian Zainab ditanya oleh Umar
"bagaimana Zaenab?. Zaenab menjawab "nggeh, kulo purun".
Kemudian ganti Asim yang ditanya oleh Umar "Bagaimana Sim?". Lalu
Asim menjawab "nggeh kulo purun". Akhirnya Zaenab dan Asim dijodohkan
oleh Umar bin Khatab. Kalau (perjodohan) itu baik ya "mudah" seperti
ini. Cari mantu kok angel-angel. Golek seng ayu, sugih, kuning, apal Quran.
(Padahal kalau sifatnya baik itu sudah cukup).
Asim dan Zaenab ini kemudian
dijodohkan dan punya anak namanya Laila yang memiliki julukan Ummu Asyim. Laila
kemudian dinikah oleh Abdul Aziz bin Marwan (Marwan adalah khalifah). Kemudian
punya putra namanya Umar bin Abdul Aziz.
Suatu ketika ada Amat yang sudah
dimerdekakan oleh Umar bin Abdul Aziz datang kepada beliau. Karena dulu adalah
amatnya mala dia sudah terbiasa kekuar masuk rumah. Kemudian Amat tersebut
meminta izin Shalat dua rakaat di dalam masjid, yang masjidnya berada di dalam
rumah. Di rumah itu ada tempat shalatnya. Itu kalau di niati masjid, maka
menjadi masjid dan bisa dijadikan iktikaf.
Setelah shalat, Amat ini
mengantuk dan tertidur. Di dalam mimpinya dia menagis. Kemudian Amat terbangun
dan datang kepada Umar bin Abdul Aziz, sambil berkata "Ya Amirul Mukminin,
demi Allah aku melihat sesuatu yang ajaib di dalam mimpiku?". Umar bin
Abdul Aziz bertanya "Apakah itu?". Kemudian amatnya berkata "Aku
melihat neraka, yang bersuara menderu. Kemuadian dipasang di atasnya jambatan.
Kemudian dipanggilah Abdul Malik bin Marwan (paman dari Abdul Aziz ayahnya)
lalu tidaklah dia lewat pada jembatan itu kecuali sebentar dan kemudian
jembatan itu di balik.
Umar bin abdul aziz berkata
kepada Amat itu, teruskanlah "Kemudian di panggil Al Walid bin Marwan
(Sepupu dari Umar bin Abdul Aziz yang juga seorang Khalifah), lalu belum lama
ia lewat pada jembatan, kemudain jembatan di balik dan ia tercebur".
Umar bin Abdul Aziz berkata lagi,
teruskanlah "kemudain dipanggilah sulaiman (saudara dari Walid bin Marwan
yang sama-sama sepupu dari Umar bin Abdul Aziz), lalu belum lama ia melewati
jembatan, kemudian jembatan terbalik, dan ia tercebur.
Kemudian engkau (Umar bin Abdul
Aziz), didatangkan pula waktu itu. Belum sempat Amat meneruskan ceritanya, Umar
bin Abdul Aziz menjerit dan pingsan. Wanita itu kemudian memanggil-manggil
namanya dan berkata "Walllahi, sungguh ya Amirul Mukminin Engkau
selamat". Kalimat itu diucapkan berulang-rulang, sampai Umar Bin Abdul
Aziz sadar dan menjerit dambil memegangi kakinya.
Umar bin Abdul Aziz berkata
kepada seorang dari salah satu teman duduknya. "Ya Fulan, sungguh tadi
malam aku tidak bisa tudur karena beprikir tentang ahli kubur dan penghuninya.
Jika Engkau melihat mayit dalam kuburnya setelah tiga hari, pasti engkau tidak
senang mendekatinya. Sudah tiga hari baunya sudah busuk. Padahal sebelumnya
Engkau merasa senang dengannya. Dan engkau akan melihat Kuburan itu merupakan
rumah, yang masuk di dalamnya binatang-binatang serangga, mengalir di dalamnya
nanah "uwoh" (nanah bercampur darah), dan belatung yang merobek-robek
tubuhnya, serta aroma yang tidak enak, dan kain kafan yang rusak padahal sebelumnya
dalam keadaan baik, harum, dan bersih" kemudian beliau menjerit keras
tersungkur.
Dalam khutbahnya Umar bin Abdul
Aziz berkata "sesungguhnya di dunia ini bukanlah tempat yanh kekal
untukmu, tetapi tempat yanh dipastikan oleh Allah SWT akan sirna, dan
dipastikan atas penghuninya akan pergi meninggalkannya. Banyak sekali orang
yang membangun bangunan kokoh, tidak lama akan rusak. Dan banyak pula orang
yang mapan hidupnya, menyenangkan dan pergi meninggalkannya. Maka usahakan
sekuat tenagamu, pergi meninggalkan dunia ini, dengan cara sebaik-baiknya,
dengan membawa bekal amal baik, sebaik-baik bekal adalah takwa. Dunia ini
seperti bayang-bayang yang menyusut kemudian hilang. Suatu ketika anak Adam
bermewah-mewah dan merasa senang batinya tiba-tiba dipanggil oleh Allah pada
harinya dengan takdir kematianya, jasad dan semua milkinya dicabut. Semua usaha
dan kekayaan miliknya dimiliki orang lain. Dunia ini memang menyenangkan, akan
tetapi tidak sebanding dengan sesuatu yang membahayakan. Dunia ini menyenagkan
dalam waktu sebentar dan menyusahkan dalam waktu yang panjang.
Menjalang wafatnya Umar bin Abdul
Aziz berkhutbah, setelah membaca hamdalah, dan memuji kepada Allah SWT beliau
berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya kamu sekalian tidak diciptakan sia2
dan tidak dibiarkan begitu saja. Karena sesungguhnya kalian memiliki tempat
kembali. Allah mengumpulkan kalian untuk diadili tentang apa yang terjadi
diantara Kalian. Akan kecewa dan celaka pada hari itu seorang hamba yang
dikeluarkan dari rahmadnya yanh sagat luas dan di keluarkan pula dari surga
yang luasnya seperti langit dan bumi"
Yang aman dan selamat pada hari
itu adalah orang yang bertakwa kepada Allah. Menjual harta sedikit dengan
imbalan yang besar, menukar yang sirna dengan yang kekal dan mengganti kesengsaraan
dengan kebahagiaan. Tidakkah engkau sekalian mengerti?. Bahwa kalian adalah
pengganti orang-orang yang telah mati. Dan setelah kematianmu akan digantikan
pula oleh orang-orang yang lain. Tidakkah kalian melihat?. Bahwa setiap hari
kalian mengantar orang mati, di pagi dan sore hari kepada Allah. Dia telah
menemui ajalnya dan terputus harapannya dan kemudian engkau sekalian
menempatkannya di perut bumi tanpa bantal dan tanpa alas tidur.
Ia telah meninggalkan usahanya,
berpisah dengan kekasihnya, menuju ke tempat hisabnya. Demi Allah SWT, Aku
mengatakan ini dalam Khubahku bukan karena aku mengetahui dosa-dosa dari kalian
lebih dari dosa-dosa dariku. Akan tetapi ini adalah peraturan yang adil dari
Allah. Dalam khutbah ini aku memerintahkan agar Kalian taat kepada Allah. Dan
aku melarang bermaksiat kepadanya.
Kamudian beliau membaca istigfar
kepada Allah. Dan menutup wajahnya dengan lengan baju serta menangis. Sampai
janggutnya basah dengan air mata. Belum sampai pada tempat duduknya beliau
meninggal. Beliau wafat ketika berada di atas mimbar. (*)
-Disarikan dari Ngaji Hikam
setiap Malam Selasa oleh KH. Mochammad Dajamaluddin Ahmad di Bumi Damail
Al-Muhibin Tambakberas, 26 Februari 2018
Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam Bab Zuhud (3)"