Kisah Thoriq al-Shodiq yang Jatuh Ke Jurang, Tapi Taslim Kepada Allah
Syekh Abdur Rohman Ashofuri As Syafii dalam kitabnya Nazaatul Majalis menjelaskan tentang apa bedanya antara (1) Tawakal, (2) Taslim, dan (3) Tafwidz. Tiga istilah itu jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maknanya sama yaitu pasrah. Baik tawakal, taslim maupun tafwidz. Mengapa maknanya cuma satu?. Karena perbendaharaan bahasa Indonesia terbatas sedangkan bahasa Arab memilki perbendaharaan kata yang lebih luas.
1) Tawakal adalah apabila kita
merasa tenang dengan janji Allah. Tawakal ini adalah tawakalnya orang khusus.
Orang pada tingkatan khusus tidak perlu
bekerja. Mereka hanya pasrah dan yakin dengan janji Allah. Akan tetapi Walaupun
tidak bekerja, mereka masih tetap berdoa kepada Allah.
2) Taslim adalah merasa cukup
dengan pengertian Allah (Ilmilllah). Mereka tidak bekerja dan berusaha serta
tidak berdoa. Karena dalam pandangan orang yang taslim mereka sudah cukup
dengan ilmu Allah. Bahwa Allah maha mengetahui.
3) Tafwidz adalah tingkatan
pasrah apabila kita telah rela dan menerima apa yang menjadi keputusan Allah.
Mereka tidak bekerja, tidak berdoa, dan ridla dengan keputusan-keputusan Allah.
Syekh Ahmad Sihabudin bin Salamah
Al-Qolyubi di dalam kitabnya Al-Nawadzir halaman 8 menyebutkan contoh seorang
taslim yang bernama Thoriq. Beliau memiliki julukan shodiq. Satu ketika Thoriq
al-Shodiq sedang berjalan di tengah padang pasir pada malam yang gelap gulita.
Dia tidak melihat bahwa di depannya ada sumur yang sangat amat dalam sehingga
dia terjatuh ke dalamnya. Di dalam sumur itu kering tak ada air. Mau memanjat
pun tapi tidak bisa karena amat dalam. Saat berada di dalam sumur dia hanya
diam. Tidak berteriak minta tolong. Juga tidak berdoa kepada Allah.
Beberapa waktu kemudian ada
serombongan jamaah haji yang melewati tempat sumur tersebut. Rombongan itu
melihat bahwa ada sumur yang menganga dan berada di tengah-tengah jalan. Karena
khawatir membahayakan orang. Rombongan itu menutup sumur tersebut dengan batu
besar. Sumur bertambah gelap. Tapi Thoriq tidak berteriak minta tolong. Jika
Thoriq berteriak berarti tingkatannya belum taslim. Saat itu Thoriq berkata
pada dirinya sendiri, "Wahai Thoriq hari ini menjadi bukti bahwa apakah
engkau menjadi orang yang taslim shodiq atau taslim kadzib?. Jika kamu
berteriak minta tolong, atau mengatakan jangan ditutup sumurnya berarti kamu
bohong, tapi jika kamu diam dan merasa yakin bahwa Allah sudah tahu, maka kamu
termasuk taslim yang shodiq".
Saat itu thoriq tetap diam.
Sampai tampak dari atas 2 lampu yang bersinar terang turun ke bawah. Tambah
dekat dan semakin terlihat dekat. Ternyata sorot lampu itu adalah mata ular
yang sangat besar. Thoriq pun berkata kepada dirinya sendiri, "Wahai
Thoriq hari ini akan terbukti apakah kamu menjadi orang yang taslim shodiq atau
taslim kadzib?". Thoriq kemudian bercerita bahwa ular besar itu semakin
mendekat dan dalam dugaannya akan memakan dirinya. Akan tetapi ternyata Ular
itu berbalik ke atas dan ekornya di ikatkan diantara dua kaki sampai leher
Thoriq.
Ular itu pun kemudian naik dan
membuka batu yang menutup sumur dengan sundulan kepala. Ketika sampai di atas
sumur, Thoriq dilepaskan dan ular itupun pergi. Sehingga Thoriq al-Shodiq pun
selamat. Setelah itu ada Hatif yang terdengar dan berkata, "Hadza min
lutfi Robika". Artinya, "Ini semua adalah bagian dari kelembutan dan
kasih sanyang Tuhanmu".
Mengapa Thoriq diselamatkan dari
musuh dengan musuh?. Maksud dari pernyataan diselamatkan dari musuh dengan
musuh adalah bahwa Thoriq diselamatkan
dari cengkraman musuhnya yaitu sumur dengan musuhnya yaitu Syuhban atau ular
besar. Semua ini karena bagian dari belas kasih Allah. Walaupun dia tidak berdoa dan tidak
meminta pertolongan dari orang lain. Karena Thoriq sudah tawakal pada tingkatan
Taslim. Tapi Allah menolongnya karena dia taslim dan yakin Allah mengetahui.
(*)
Mantap Pak Guru
BalasHapus