Macam-Macam Ruh yang Pernah Ditemui Nabi
Dalam salah satu pengajian Al-Hikam di Bumi Damai Al-Muhibin Tambakberas, KH. Mohammad Idris Djamaluddin atau akrab disapa Gus Idris menerangkan perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad yang bertemu dengan arwah-arwah insaniyah atau ruh-ruh manusia. Ada 3 macam ruh yang ditemui Nabi saat itu yaitu : (1) Arwah Mujaradah. (2) Arwah mutashorifah. Dan (3) Arwah Mufariqah.
1) Arwah Mujaradah : adalah arwah yang jasadnya belum diciptakan oleh Allah SWT. Ketika Nabi isra mi'raj nabi bertemu dengan beberapa arwah mujaradah. Pertama Nabi bertemu dengan Imam Ghazali yang lahir pada 450 H. Sedangkan peristiwa isra mi'raj sendiri tahun Hijriyah belum ada atau kurang 1 tahun. Lahirnya Imam Ghazali kurang 451 tahun lagi tapi Nabi bisa bertemu Imam Ghazali. Yaitu arwah mujaradah-nya. Ruh yang belum diciptakan jasadnya.
Satu ketika dalam isra mi'raj nabi bertemu dengan Nabi Musa. Maksudnya adalah nabi bertemu arwah Nabi Musa yang berada di alam malakut. Nabi Musa bertanya, "Wahai kekasihku Muhammad apakah benar engkau pernah berkata, 'Ulama'u Umaty Kal Anbiyaai bani Israil?'". Artinya, "Ulamanya umatku, alim dan derajatnya seperti nabinya Bani Israil". Sedangkan Nabi Musa adalah Nabinya Bani Israil. Nabi kemudian menjawab, "Iya benar Mbah Nabi Musa!". Nabi Musa kemudian mengingingkan bukti dari ulama nya Nabi Muhammad yang alim dan derajatnya sama dengan Nabi nya Bani Israil.
Dipanggilah arwah mujarodahnya Imam Ghazali (yang baru akan dilahirkan 451 tahun kemudian). Ketika dipertemukan dengan Imam Ghazali, Nabi Musa dipersilakan bertanya kepada Imam Ghazali. Kemudian Nabi Musa bertanya, "Siapa namamu?". Imam Ghazali menjawab, "Aku adalah Abu Hamidin, Muhammadun, Ibnu Muhammad, Ibni Muhammad al-Ghazali at-Thusi".
Nabi Musa berkata, "Jawabanmu salah, aku hanya bertanya namamu mengapa nama anakmu diikutkan, nama bapakmu, kakekmu, profesi bapakmu, serta daerahmu juga kamu ikutkan?". Imam Ghazali menjawab, "Jawaban saya ini seperti jawaban Engkau ketika ditanya oleh Allah :
وما تلك بيمينك يا موسى
Artinya : "Wahai Musa ditangan kananmu ada apa?". Harusnya Engkau cukup menjawab, "Ini adalah tongkat". Tapi Engkau menjawab :
قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
Artinya ; Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.”
Nabi juga bertemu dengan arwah mujaradahnya Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang lahir pada tahun 470 H atau 1075 M. Nabi penasaran dengan Syekh Abdul Qadir. Sehingga beliau bertanya, "Kamu siapa?". Pemuda itu menjawab, "Aku adalah keturunanmu Ya Rasulullah namaku Abdul Qadir al-Jilani".
Syekh Abdul Qadir adalah keturunan Rasulullah dari jalur ayahnya naik 13 melalui Sayid Hasan bin Ali. Sedangkan dari jalur ibunya sambung dari Sayid Husain turun yang ke-16. Baik dari ayah dan ibu, keduanya sambung dengan Rasulullah. Saat itu Syekh Abdul Qadir meminta kepada nabi agar kaki Nabi diletakan di atas pundak Syekh Abdul Qadir. Sehingga kaki kanan dan kiri Rasulullah diletakan di pundak Syekh Abdul Qadir, dan beliau "menyungginya".
Nabi kemudian berkata, "Wahai Cucuku, seandainya setelah aku, Allah masih mengutus nabi dan rasul lagi, niscaya engkau akan menjadi rasul dan nabi, tapi Allah sudah tidak mengutus Rasul dan nabi lagi, kedudukanmu diantara para wali itu seperti kedudukanku diantara para nabi, aku adalah Sayidul anbiya wal mursalin sedangkan engkau Sayidul Auliya wa sholihin, sekarang kedua kakiku menginjak di pundakmu, besok ketika kamu sudah dilahirkan, kakimu akan menginjak di pundak para wali-wali Allah SWT".
Nabi kemudian mendekat dan terus mendekat dengan Arsy. Disana ada orang yang berselimut dari kaki sampai kepala. Nabi kemudian penasaraan karena di situ adalah Maqamul adab (tempat yang sudah sangat dekat). Allah kemudian memberitahu Nabi bahwa itu adalah calon umat Nabi Muhammad yang telah istirahat di situ selama 70.000 tahun. Beliau adalah Uwais al-Qarani. Seorang yang berasal dari Yaman. Dia meminta kepada Allah, apabila mejadi wali agar ditutup dan tidak diketahui oleh siapapun. Sehingga isyaratnya ditutup dari kepala sampai kaki.
Akhirnya Uwais lahir. Dan berita tentang Uwais ini muncul ketika Sayidina Umar menjadi Khalifah. Karena Nabi sebelum wafat berpesan kepada Sayidina Umar, "Apabila ada orang dari Yaman tanyalah apakah ada yang berasal dari daerah Alqarani?. Apabila ada carilah yang namanya Uwais. Jika sudah bertemu maka mintalah doa kepadanya karena doanya tidak akan ditolak oleh Allah SWT". Sehingga setiap ada rombongan dari Yaman Sayidina Umar selalu bertanya apakah ada yang dari daerah Alqoroni. Sampai ketemu. Dan meminta doa kepada Uwais. Ketika ditelusuri ternyata Uwais adalah pemuda biasa. Tidak ada yang tahu kewaliannya. Setiap hari hanya merawat ibunya yang lumpuh. Sampai tetangganya tidak ada yang tahu siapa Uwais sebenarnya.
2) Arwah Mutashorifah
Arwah Mutashorifah Adalah arwah yang sudah ada jasadnya dan belum berpisah. Artinya orangnya masih hidup. Pertama Nabi bertemu Nabi Idris AS. Beliau masih hidup jasad dan ruhnya. Beliau berada di alam malakut. Sehingga memiliki sifat-sifat seperti malaikat. Padahal beliau masih basyariyah (manusia). Ketika Nabi Isra' ada pertanyaan, "Kok bisa nabi berjalan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hanya sekejab?". Kalau nabi dimasukan ke alam malakut, maka perjalanan itu memang bisa cepat. Karena mengikuti sifat-sifat malaikat seperti Nabi Idris.
Kedua Nabi Muhammad bertemu Nabi Isa AS. Beliau masih hidup. Ruhnya masih mutashorifah. Nabi Isa juga berada di alam malakut. Menurut keterangan besok Nabi Isa akan diturunkan kembali ke bumi pada akhir zaman.
Ketiga Nabi bertemu dengan ruhnya orang-orang yang pada saat itu masih hidup di bumi. Ketika Nabi diperintah untuk melihat di surga. Beliau mendengar gesekan sandal yang ternyata adalah sandal dari Bilal. Padahal Bilal masih di dunia. Juga bertemu Imroatu Abi Tholhah dan mendengar seperti sosok seseorang yang ternyata adalah ruh Ghumaisho' binti Milkhan. Jadi ada 5 arwah mutasharifah yang ditemui nabi. 2 ada di alam malakut. Dan 3 yang masih hidup di bumi tapi ruhnya ada di surga.
Dalam kitab Sirojut Tholibin diterangkan bahwa orang yang arwahnya sudah kamil atau sempurna maka ruhnya bisa tasaruf dan berbuat sesuatu. Seperti diceritakan oleh Abah Djamal dulu Kiai Djalil pernah cerita banyak orang yang datang ke beliau memberi hadiah. Orang-orang itu berkata, "Kiai Djalil kalau tidak ada jenengan kulo paling sampun mati". Maksudnya apa?. Orang itu ditolong oleh ruh Mutasharifah-nya Kiai Djalil. Padahal Kiai Djalil ada di rumah. Ini berarti ruh yang sempurna bisa tasharuf atau berbuat sesuatu. Sedangkan orang yang memiliki ruh itu tidak tahu.
Abah Djamal juga pernah cerita Ada orang Bawean Suluk 3 tahun. Ditanya oleh Abah, "Kok tida pulang mengapa?". Dia menjawab, "Saya ini manut apa dawuhnya Kiai Djalil". Abah tanya lagi, "Kok bisa taslim seperti itu kenapa?".
Ternyata sebab ketika dia berlayar. Perahunya tersapu ombak dan akan tumbang. Tiba-tiba seimbang. Karena disitu ada anak muda yang kulitnya sawo matang dan menjaga perahu agar tidak tumbang. Ketika ditanya, "Kamu siapa?". Jawabnya, "Abdul Djalil Tulungagung". Setelah itu dicari dan ketemu lalu suluk di Tulungagung sampai 3 tahun.
Tahun 2015 saya umrah dengan Abah Djamal dan Mbah Kiai Maskun. Dari masjid bareng satu lift. Abah sepanjang jalan pakai kursi roda. Mbah Yai Maskun masih pakai pakaian ikhram karena akan ikhram. Abah tanya, "Sampean mau ikhram mbah?". Yai maskun menjawab "Nggeh Mbah".
Abah kemudian dawuh, "Aku tidak kuat ikhram berkali-kali Mbah, kasihan yang mendorong, jadi ikhramnya ikut program rombongan travel saja, kalau dijatah 2 kali, ya ikhram 2 kali". Yai maskun kemudian berkata, "Lhaa tadi malam saya mengikuti di belakang sampean umroh lho Mbah, dan sampean tidak didorong kursi!". Abah kemudian tidak menjawab. Cerita-cerita itu adalah ruhnya orang yang kamil bisa tasaruf. Seperti Bilal walaupun berada di bumi. Ruhnya bisa tasaruf di surga. Juga Imroatu Abu Thalhah dan khumaisa.
(3) Arwah Mufariqah
Nabi ketika isra' miraj juga bertemu arwah mufariqah yaitu arwah yang sudah berpisah dengan jasadnya. Siapa mereka?. Para Anbiya dan para syuhada. Dimana?. Di Masjidil Aqsa. Bahkan nabi sholat jamaah dan mengimami seluruh arwah para Nabi dan Rasul serta para kekasih Allah. Juga ketika bertemu nabi-nabi seperti Nabi Adam Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Itulah nebrarpa aewah inaniyah yang ditemui nabi kwtika proses isra miraj. Setelah melakukan jamaah di Masjidil Aqsa Nabi diantar naik. Beliau menginjak batu bernama sakhra' di Baitul Muqadast.
Sampai Nabi ke Arsy Istiwa' atau Sidratul Muntaha. Ketika naik ke Sidratul Muntaha ini. Semua khijab dibuka. Sehingga nabi bisa mendengar geret bulpen di Lauhul Mahfudz.
Lauhul Mahfudz adalah tempat menulis dari zaman dulu sampai sekarang. Karena setelah menciptakan nur muhammad Allah mencipyakan qolam atau bulpen. Qolam diperintah Allah untuk menulis. Qolam bertanya, "Wa ma aktubu Ya Robby?". Allah berkata, "Tulis apa yang sudah ada dan yang akan ada!". Saat itu Nabi mendengar geret-geret qolam itu.
Sampai disana Malaikat Jibril berhenti. Nabi bertanya, "Mengapa engkau tidak menemaniku wahai Jibril?". Malaikat Jibril berkata, "Wahai orang yang paling mulia disisi Allah, majulah kepada Tuhanmu tinggalkanlah aku disini, karena kalau saya maju, jangankan satu langkah, maju sekecil semut saja, saya akan terbakar oleh cahaya keagungan dan haibah Allah". Ketika Nabi naik dan Jibril bermaksud untuk turun. Nabi berkata kepada Jibril, "Wahai malaikat yang dipercaya membawa wahyu dari Allah, kamu memiliki hajat atau tidak kepada Allah, aku akan menyemapaikannya".
Malaikat Jibril berkata, "Iya Nabi, tolong sampaikan dan mintakan kepada Allah supaya aku aman dari kemarahan Allah, dan dari siksa-Nya". Disini kita mengetahui bahwa Malaikat Jibril saja tawasul kepada Nabi Muhammad. Nabi kemudian naik pada satu tempat, yang di tempat itu bisa dicapai oleh nabi yang diutus Allah dan tidak bisa dicapai oleh Malaikat yang paling dekat dengan Allah sekalipun. Kemudian Nabi melihat Allah dan berdialog dengan-Nya.
Posting Komentar untuk "Macam-Macam Ruh yang Pernah Ditemui Nabi"