Ngaji Hikam : 7 Perkara yang Bisa Mensyafaati Pada Hari Kiamat (2)
Ada tujuh perkara yang bisa memberi syafaat atau memberikan pertolongan kepada kita pada hari kiamat. Tujuh perkara itu adalah:
1- Bacaan Alquran
Alquran adalah salah satu dari tujuh perkara yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat. Rasulullah bersabda:
اقْرَؤُا القُرْآنَ فإنَّه يَأْتي يَومَ القِيامَةِ شَفِيعًا لأَصْحابِهِ
Artinya: "Bacalah Alquran karena sesungguhnya Alquran nanti di hari kiamat akan datang untuk memberikan pertolongan kepada orang yang ahli membacanya".
Sebagai orang Islam kita wajib melaksanakan perintah-perintah Allah seperti shalat 5 waktu. Puasa di bulan Ramadan. Mengeluarkan zakat baik zakat fitrah maupun zakat mal. Serta haji bagi yang mampu.
Akan tetapi selain yang melaksanakan yang wajib tersebut. Kita juga membutuhkan pertolongan yaitu syafaat dari Nabi Muhammad dan Alquran. Mengapa kita membutuhkan pertolongan walaupun sudah melakukan yang wajib?. Karena selain mengamalkan yang wajib. Kita juga masih tidak bisa meninggalkan maksiat.
Oleh karena itu kita berharap bisa mendapat pertolongan yang telah disediakan oleh Allah yang diantaranya adalah Alquran. Alhamdulillah kita diberi orang tua dan lingkungan yang open kepada agama. Sehingga kita bisa membaca Alquran. Sehingga semoga kita termasuk orang yang mendapat syafaatnya.
2- Bacaan Sholawat
Perkara kedua yang bisa mensyafaati kita di hari kiamat adalah bacaan sholawat. Bacaan sholawat kita dapat menjadi syafaat penolong bagi kita di hari kiamat. Baik sholawat Nariyah, Munjiyat, Tibbil Qulub, dan lain sebaginya. Semua bisa kita baca agar kita mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadist Nabi berkata :
صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّ الصلاة علي زَكَاةٌ لَكُمْ
Artinya : “Bershalawatlah kalian kepadaku, karena sesungguhnya bacaan shalawat kepadaku adalah zakat bagi kalian.”
Al-Faqih berkata, “Makna dawuh Nabi ‘zakat bagi kalian’ adalah sesuatu yang menyucikan kalian dan yang mengampuni dosa-dosa kalian. Andai dalam bacaan shalawat kepada Nabi tidak ada pahalanya, selain mengharapkan syafaat Nabi, maka yang wajib bagi orang berakal adalah tidak melupakan bacaan shalawat, sebab di dalamnya terdapat ampunan terhadap dosa-dosa dan terdapat rahmat ta’dhim dari Allah."
Zakat dalam hadist tersebut bermakna pembersih. Jadi membaca sholawat dapat menjadi pembersih bagi kita atas dosa-dosa yang kita lakukakan. Dalam bersholawat biasanya kita menggunakan redaksi :
اللهم صل على سيدنا محمد
Artinya : "Semoga sholawat tercurahkan kepada Nabi Muhammad".
Kalau diangan-angankan makna dari sholawat tersebut adalah kita mendoakan Nabi. Padahal Nabi adalah sosok yang sudah jelas masuk surga dan Nabi juga tidak punya dosa sebagaimana penjelasan Alquran :
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ (١) لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ .......(٢)
Artinya : "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (1) Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang ....(2)
Kesimpulannya adalah Nabi adalah orang yang sudah jelas masuk surga. Bahkan beliau adalah orang pertama yang masuk surga.
Selain itu Nabi juga tidak memiliki dosa. Jangankan dosa. Nabi kliru sedikit saja sudah diingatkan oleh Allah. Seperti cerita Abdullah bin Umi Makhtum seorang yang buta yang bertamu kepada Nabi ketika Beliau sedang menerima tamu para pembesar Quraish. Nabi tidak sempat menjawab apa yang ditanyakan oleh Abdullah bin Umi Makthum.
Allah kemudian langsung mengingatkan Nabi dengan ayat :
عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ(١) اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ
Artinya : "Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling (1) Karena seorang buta telah datang kepadanya (2)
Kalau kita telah mengetahu Nabi tidak memiliki dosa dan telah pasti masuk surga. Lalu mengapa kita harus bersholawat kepada Nabi?.
Dalam kitab Duratun Nasihin dijelaskan bahwa Nabi ibarat "bak jeding" yang sudah penuh air. Ketika terus diisi air, maka air itu akan tumpah. Adapun kita bersholawat kepada beliau adalah agar kita mendapat loberan tumpahan air syafaat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad.
Sufyan ats-Tsauri adalah seorang yang hebat. Beliau termasuk guru dari Imam Malik bin Anas atau Imam Maliki. Bahkan Imam Ast-Tsauri secara keilmuan sama dengan para mujtahid atau seorang yang ahli ijtihad seperti Imam Syafii.
Ada banyak Imam yang dari segi keilmuan telah mencapai level Mujtahid. Diantaranya adalah Said bin Zubair, Imam Atha bin Rabaah, Daud Ad-Dzohiri. Tapi mengapa hanya 4 Madzhab yang diakui oleh Ahli Sunah wal Jamaah?.
Sebab 4 imam inilah yang mempunyai kitab yang merangkum pendapat-pendapatnya yang disebut "Kutubun Mudawanah". Yaitu kitab yang tercatat yang bisa dipertanggungjawabkan.
Seperti Imam al-Syafii yang memiliki kitab Al-Umm atau kitab yang menjadi Induknya Ilmu. Juga mengarang al-Risalah dibidang Ushul Fiqih. Semua 4 Madzhab yang kita ikuti memiliki kitab yang sampai sekrarang masih bisa kita pelajari pendapat-pendapatnya.
Imam Syafii memiliki dua murid yang hebat yaitu Imam Muzani dan Imam Buwaithi yang keduanya ahli mencatat pendapat-pendapat Imam Syafii sehingga jadilah kitab Mukhtashar Buwaithi dan Mukhtashar Muzani.
Karena memiliki Kutubun Mudawanah yang bisa dipertanggungjawabkan. Sementara selain 4 itu, tidak memilki kitab yang dapat kita pelajari. Maka pendapat mereka disebut "Mundarosah" atau pendapat itu telah terkubur oleh masa.
Di dalam kitab Tanbîh al-Ghâfilîn halaman 148 diceritakan suatu saat Sufyan ats-Tsauri sedang thawaf. Tiba-tiba beliau melihat seorang laki-laki yang tidak melangkahkan kakinya dan tidak pula berhenti, kecuali dia selalu membaca shalawat kepada Nabi Muhammad.
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Aku bertanya kepadanya, ‘Wahai laki-laki, sungguh kamu telah meninggalkan membaca tasbih dan tahlil. Kamu justru membaca shalawat kepada Nabi. Apa gerangan yang terjadi pada dirimu?’ Laki-laki tersebut bertanya, ‘Siapa kamu? Semoga Allah mengampunimu.’ Sufyan ats-Tsauri menjawab, ‘Aku Sufyan ats-Tsauri.’ Laki-laki tersebut berkata, ‘Andaikata kamu bukan termasuk orang yang langka di zamanmu, tidaklah aku akan menceritakan kepadamu tentang keadaanku dan tidak pula aku beritahukan kepadamu tentang rahasiaku.’
Laki-laki itu bercerita kepadaku, ‘Aku berangkat haji bersama ayahku ke Baitullah. Ketika aku sampai pada suatu tempat, ayahku sakit. Aku bergegas berusaha untuk mengobatinya. Suatu malam, aku berada di sebelah kepala ayahku. Tiba-tiba, ayahku meninggal dan wajahnya menjadi hitam. Aku mengucapkan innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn. Aku ambil kain dan kututupkan pada wajah ayahku.
Sesaat kemudian aku sangat mengantuk dan akhirnya tertidur. Saat tidur, aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang tidak pernah kulihat ada orang lain yang lebih tampan wajahnya, yang lebih bersih pakaiannya, dan lebih harum aroma tubuhnya daripada laki-laki itu. Laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekati ayahku. Dia membuka kain yang menutupi wajah ayahku dan menggerakkan tangannya pada wajah ayahku. Seketika itu juga, wajah ayahku berubah menjadi putih.
Dia segera beranjak pergi, namun aku pegang pakaiannya dan bertanya, ‘Wahai hamba Allah, siapakah engkau? Sebab engkau, ayahku mendapat anugerah dari Allah di tanah pengasingan ini (daerah yang jauh dari tempat tinggal).’ Laki-laki itu menjawab, ‘Apakah kamu tidak mengenaliku? Aku adalah Muhammad bin Abdillah Shahibul Qur'ân. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ayahmu adalah orang yang melampaui batas atas dirinya sendiri (dalam melakukan dosa), tetapi ayahmu memperbanyak membaca shalawat kepadaku.
Tatkala bahaya turun kepada ayahmu, ayahmu meminta tolong melalui perantaraku dan aku adalah orang yang banyak memberi pertolongan kepada orang yang banyak membaca shalawat kepadaku.’ Kemudian aku terbangun dan wajah ayahku menjadi putih lagi’.”
Dalam kitab An-Nafahat Asy-Syadziliyyah halaman 331 dijelaskan bahwa Nama asli Syekh Muhammad Al-Bushiri adalah Syekh Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin Abdillahbin Shonhaj bin Hilal As-Shonhaji. Salah satu dari kedua orang tuanya berasal dari Bushiri as-Sho’id dan yang lainnya berasal dari Dilash, maka penisbatannya berasal dari dua daerah itu. Ada juga yang mengatakan ad-Dilashiri.
Kemudian beliau masyhur dengan sebutan Al-Bushiri. Beliau dilahirkan tahun 608 H. dan wafat tahun 696 H (Usianya 88 Tahun).
Qashidah karangan Imam Al-Bushiri yang masyhur dengan sebutan Qashidah Burdah adalah salah satu keajaiban Allah. Penyebab Imam Al-Bushiri mengarang nadham Qashidah Burdah adalah kelumpuhan yang dideritanya.
Para dokter sudah tidak mampu menyembuhkannya. Imam Al-Bushiri berpikir untuk mengarang sebuah qashidah yang akan digunakan untuk memohon syafaat kepada Nabi Muhammad dan kepada Allah.
Kemudian Imam Al-Bushiri mengarang Qashidah Burdah. Lalu Imam Al-Bushiri bermimpi melihat Nabi mengusapnya menggunakan tangannya yang mulia, hingga akhirnya Imam Al-Bushiri sembuh dari kelumpuhannya.
Ketika Imam Al-Bushiri keluar dari rumahnya, beliau bertemu seorang laki-laki shaleh yang meminta untuk diperdengarkan Qashidah Burdah. Laki-laki itu kagum sebab Imam Al-Bushiri belum memperdengarkan qashidah tersebut kepada siapa pun. Imam Al-Bushiri berkata, “Kemarin, aku mendengarkan qashidah tersebut dibacakan di depan Nabi dan beliau menyukainya seraya mengayunkan badannya ke kanan dan kekiri, kemudian aku memberikan qashidah itu kepada beliau.”
3- Ziarah Maqam Nabi Muhammad SAW
Diantara perkara yang bisa mensyafaati pada hari kiamat adalah ziarah ke maqam Nabi Muhammad:
من زارني فكأنَّما زارَني في حياتي
Artinya: "Barangsiapa yang berziarah kepadaku dia seperti sedang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup".
Dalam hadist lain dijelaskan :
من جاءني زائرا لا تعمله حاجة إلا زيارتي؛ كان حقا علي أن أكون له شفيعا يوم القيامة
Artinya, "Barangsiapa yang mau berziarah kepadaku sehingga dia tidak didorong oleh khajat apapun kecuali hanya ingin ziarah kepadaku, maka wajib atasku menyafaatinya pada hari kiamat". Atau hadist berikut:
من زارني كنتُ له شفيعًا او شهيدًا
Artinya : "Barangsiapa orang yang berziarah kepadaku aku akan mensyafaatunya dan bersaksi atasnya". Nabi juga bersabda :
من مات في أحد الحرمين بعث آمنا يوم القيامة
Artinya : "Barangsiapa yang mati di salah satu diantara tanah haram, maka dia akan dibangkitkan bersama orang-orang yang aman pada hari kiamat.
Beruntung orang yang bisa ziarah kepada Nabi Muhammad dengan niat yang benar. Ketika berada di Masjid Nabawi dapat shalat 40 rokaat. Karena di Madinah menghabiskan waktu sampai 8 hari. Jika di Madinah diusahakan kita mengejar arbaain atau 40 sholar sebagaimana dadist, "Barangsiapa sholat 40 sholatan di Masjid Nabawi, maka ia terhindar dari api neraka". Ketika kita berada di Mandinah niatnya adalah berziarah kepada nabi.
Kedua, apabila ada orang mati di Makah atau Madinah. Seperti Mbah Maemon di Ma'la adalah orang yang beruntung karena bakal dibangkitkan dalam keadaan aman dari segala kesulitan.
Yang lebih penting lagi adalah bagaimana agar kita bisa berziarah ke Makah dan Madinah?. Apabila sudah ingin. InsyaAllah akan dimudahkan.
Dulu, ketika saya akan boyong dari pondok. Oleh Mbah Yai Manaf Petuk didawuhi bahwa dulu beliau pernah diwahi oleh Mbah Yai Sholeh Bandar tentang kiat agar dimudahkan caranya yaitu:
(1) Apabila ada orang berangkat haji atau pulang dari ibadah haji, maka datanglah dengan niat hurmatlah. Begitu juga umroh. Karena orang yang dekat dengan minyak wangi juga akan wangi.
(2) "Awakmu nek ngaji bab Haji, bayangkan seperti melaksanakan rukun-rukun haji tengang thowaf. Ketika wuquf juga bayangkan ketika wuquf.
(3) Nabung atau Nyelengi supaya dimudahkan.
Dulu ketika saya nikah tahun 1997 didawuhi Abah Djamal, "Yahya, Kamu jangan mikir untuk mbagun rumah lebih dahulu ya. Siji pikirkan dulu masalah haji, omah mudah, jangan mikir buat rumah tapi haji dulu".
Setelah haji baru mulai membuat rumah. 5 tahun menabung untuk berhaji. Kemudian bisa berhaji tahun 2022. Oleh karena keinginan yang kuat harus disertai usaha agar bisa terwujud. Kalau kita belum mampu. Kita harus memilki azam atau kerentek untuk berangkat haji. Ketika ziarah di Maqam Rasulullah, saat mengucapkan salam harus sampurna yaitu:
1- Asalamu alaika Ya Rasulallah
2- Asalamu alaika Ya Aba Bakar As-Shidiq
3- Asalamu alika Ya Umar bin Khatab
Karena di dalam Kitab Dalail al-Khoirat diceritakan bahwa suatu ketika Siti Aisyah bermimpi di dalam kamarnya ada 3 rembulan yang jatuh.
Mimpi itu kemudian dicerita kepada ayahnya Abu Bakar. Abu Bakar berkata, "Wahai Aisyah di rumahmu ini akan dimakamkan 3 orang, mereka adalah orang terbaik di muka bumi".
Ketika Rasululluah wafat dan dimakamkan di kamar Aisyah. Abu Bakar kemudian berkata, "Inilah salah satu dari 3 rembulan yang terbaik dalam mimpimu".
Kemudian Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun. Menjelang wafat Abu Bakar berkata kepada Aisyah, "Besok ketika wafat, bolehkah aku dimakamkan di sebelah Nabi?". Aisyah pun memperbolehkan.
Kemudian naiklah Umar sebagai kholifah selama 13 tahun. Beliau wafat karena ditusuk oleh Abu Lu'lu'. Namun sebelum wafat, Sayidina Umar memerintah putranya yaitu Abdullah bin Umar untuk bertanya kepada Sayidah Aisyah, "Bolehkah ketika Umar wafat untuk dimakamkan di sebelah Abu Bakar dan Rasulullah". Sayidah Aisyah kemudian memperbolehkan. Maka 3 rembulan di kamar Aisyah telah sempurna.
Ketika di kamar Sayidah Aisyah masih dimakamkan Nabi dan Abu Bakar, Sayidah Aisyah tidak pindah dari kamarnya karena di sana yang dimakamkan adalah Nabi yang suaminya dan Abu Bakar ayahnya. Tapi setelah Sayidina Umar di makamkan di Kamar itu. Sayidah Aisyah pun pindah rumah karena ada Sayidina Umar yang bukan mahramnya. Itulah sebabnya kita diperintah salam dengan sempurna yaitu dengan salam :
1- Asalamu alaika Ya Rasulallah
2- Asalamu alaika Ya Aba Bakar As-Shidiq
3- Asalamu alika Ya Umar bin Khatab
Para Nabi dimakamkan dimana mereka wafat. Karena wafatnya Rasulullah di kamar Aisyah maka Nabi di makamkan di kamar Aisyah. Ini adalah kekhususan bagi para nabi. Dan bukan untuk umatnya. Semoga kita mendapat rezeki bisa sowan ziarah ke makam Rasulullah. (*)
- Disarikan dari Ngaji Hikam, 13 Februari 2023 oleh KH. Moh. Yahya Husnan, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mardliyah Bahrul Ulum Tambakberas di Masjid Bumi Damai Al-Muhibin.
Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam : 7 Perkara yang Bisa Mensyafaati Pada Hari Kiamat (2)"