Ngaji Hikam Bab Tahapan Kesempurnaan Ibadah (5)

Di dalam kitab Minhajul Abidin Imam Ghazali mengatakan bahwa apabila seorang hamba ingin merasakan kesempurnaan ibadah maka hamba tersebut harus melalui beberapa tahapan yaitu : (1) Ilmu, (2) Taubat, (3) Awaiq atau Tahapan Penghalang. (4) Aqabatul Awarid atau rintangan orang beribadah kepada Allah. (5) Aqabatul Bawaist atau tahapan pendorong orang dalam beribadah Kepada Allah. 



Dalam beribadah kepada Allah seseorang memiliki dua pendorong yaitu : (1) Al-Khouf yang artinya takut kepada Allah Swt. Dan (2) Al-Roja’ artinya berharap akan rahmad, magfirah dan ampunan kepada Allah Swt. 


1- Al-Khauf atau Takut Kepada Allah

Aqabatul Bawaist atau pendorong orang beribadah kepada Allah adalah Al-Khauf atau takut. Bagaimana makna takut kepada Allah Swt?. Imam Qusairi dalam Risalah Qusairiyah menjelaskan: 


ان يخاف عقوبة الله تعالى اما في الدنيا اما في الأخرة


Takut seandainya Allah memberikan siksaan kepada manusia baik ketika di dunia maupun di akhirat. Jadi Takut kepada siksa Allah baik siksa itu diturunkan di dunia atau di akhirat.


Apa perbedaan takut kepada Allah dan takut kepada Makluk?. Takut kepada Allah caranya dengan mendekat kepada Allah Swt. Akan tetapi jika takut kepada makhluk yaitu dengan cara menjauh. Oleh karena ada ulama yang mengatakan : 


من خاف شيئًا هرب منه، ومن خاف الله هرب إليه


Barangsiapa takut akan segala sesuatu maka dia akan menjauh darinya. Dan barangsiapa takut kepada Allah pasti dia akan mendekat kepada Allah Swt. 


Jadi yang dimaksud takut disini adalah kita takut akan siksa Allah karena kita telah melakukan maksiat dan dosa dihadapan Allah. Baik hukuman itu ketika masih di dunia maupun ketika kita di akhirat. 


Tidak semua orang atau tidak setipa Abid orang ahli ibadah diberikan rasa takut kepada Allah. Terkadang ada orang setelah maksiat atau melakukan dosa dia malah merasa bangga dan tidak memiliki rasa susah dan bersalah. 


Contoh ada maling dengan terang-terangan berkata, “Tadi malam aku mencuri dua sepeda motor, Alhamdulillah tidak ketahuan”. Padahal dia telah melakukan maksiat. Tidak susah dengan istigfar dan ampunan malah Alhamdulillah. Atau Ada anak muda dengan bangga memaerkan dosa telah membonceng 3 perempuan sekaligus. 


Contoh yang demikian itu menandakan memang ada oramg yang di dalam hatinya tidak diselipkan rasa takut kepada Allah Swt setelah melalukan maksiat. 


Salah satu seorang Sufi bermama Bisr Al-Khafi berkata, “Takut kepada Allah hanya diberikan oleh-Nya kepada orang yang hatinya memang bertakwa”.  Sehingga manfaatnya sifat khouf menurut Abu Thalib Al-Maki adalah, “Rasa takut kepada Allah dapat menjadikan sesorang menghindar dari pekerjaan yang dilarang oleh Allah dan menjadi pintu untuk melaksanakan perintah Allah Swt”. 


Apabila seseorang memilki rasa takut kepada Allah, berdasar dawuh Syekh Abu Tholib di atas pasti akan “ijtinabu kuli nahyin” atau menjauhi setiap larangan Allah Swt. Kenapa begitu?. Karena memiliki rasa takut kepada Allah Swt. 


Salah seorang sahabat Nabi bernama Syaklanah bin Abdurahman. Salah satu sahabat yang masih sangat muda. Akan tetapi karena senang mengabdi dan melayani Rasulullah dia selalu bertempat di pintu pertama dimana Rasulullah keluar dari rumah. Berharap pada hari itu dialah orang pertama yang memandang wajah Rasulullah. 


Ciri-ciri Syaklabah adalah dia ketika berjalan cepat dan apabila diperintah Nabi, perintah itu dilakukan dengan segera dan cepat. Beberapa urusan Nabi kadang dilakukan oleh Anas Bin Malik tapi beberapa juga dilaksanakan oleh Syaklabah bin Abdurahman. 


Satu ketika Syaklabah diperintah oleh Nabi untuk datang ke suatu tempat untuk suatu tugas. Dalam perjalannya saat itu Syaklanah menemui sebuah badai yang besar di ujung kota Madinah yang menimpa satu rumah sehingga semua pintunya hilang. Penghuni rumah itu sedang berada di Kamar Mandi. Tidak sengajalah Syaklabah melihat perempuan yang sedang berada di kamar mandi itu. Padahal dia sudah berusaha menutup semua matanya. 


Maka ketika telah selesai tugas dari Nabi Syaklabah melapor kepada Rasulullah. Dia merasa tidak pantas matanya yang telah melihat perempuan di kamar mandi itu memandang wajah Rasulullah yang Khoirul Anam. Sehingga Syaklabah tidak berani datang ke rumah Nabi Muhammad. 


Dia pun akhirnya menginap di sebuah gunung di Madinah sampai beberapa hari. Akhirnya Rasulullah mencari Syaklabah dan mengutus Sayidina Umar dan Sahabat Salman untuk mencari Syaklabah. Akan tetapi tidak bisa menemukan. Akhirnya Nabi mendapat Isyarat tentang keberadaan Syaklabah. Lalu disampaikanlah isyarat tersebut kepada Sayidina Umar dan Sahabat Salman. 


Di bukit itu Sayidina Umar dan Sahabat Salman bertemu dengan seorang pengembala. Ditanyakanlah tentang ciri-ciri Syaklabah tapi tidak ada di bukit tersebut. Hanya saja ketika akan magrib memang ada yang datang ke bukit itu dengan ciri-ciri tersebut. Dan ternyata memang itulah Syaklabah. 


Sayidina Umar dan Sahabat Salman  kemudian mengajak Syaklabah untuk kembali ke Madinah. Tapi Syaklanah enggan dan berkata bahwa dia bukanlah Syaklabah yang dulu karena telah melakukan satu maksiat. Dia malu kepada Nabi dan takut jika ia sowan kepada Nabi akan turun satu ayat yang mengomentari perilakunya. Inilah contoh takut kepada Allah Swt yang menjadikan sampai menjauhi larangan Allah Swt. Sebab dia berusaha menjauh dari setiap perkara yang dilarang oleh Allah. 


Akhirnya dipaksa untuk pulang oleh Sayidina Umar dan Sahabat Salman tapi dalam

Keadaan sakit. Sampai didatangi oleh Rasulullah dan dipangku oleh Nabi. Syaklabah kemudian berkata, “Ya Rasulullah tidak pantas aku berada di pangkuanmu sementara aku pernah bermaksiat kepadamu dan kepada Allah Swt”. Kemudian diceritakanlah peristiwa itu kepada Rasulullah. 


Setelah itu Syaklabah meminta ridla kepada Rasulullah dan meminta doa agar diampuni oleh Allah sebab takut akan siksa Allah Swt besok di akhirat. Nabi pun berdoa untuk Syaklabah. Lalu beberapa saat Syaklanah wafat. Dan Nabi iku memakamkan Syaklabah.


Yang aneh menurut Umar bin Khatab adalah Nabi ketika berjalan saat pemakaman Syaklabah tidak lurus tapi seperti meloncat. Umar pun bertanya dan dijawab oleh Nabi, “Aku berjalan demikian karena saking banyaknya Malaikat yang ikut mengiringi jenazahnya Syaklabah”. Ternyata takut kepada Allah bisa menyebabkan menjauh dari segala yang dilarang oleh Allah Swt. 


Bagaimana cara memunculkan rasa takut kepada Allah sebab kita telah melakukan dosa?. Karena ada orang yang telah melakukan dosa tidak timbul rasa takut kepada Allah, akan tetapi malah bangga. 


Menurut Imam Ghazali cara memunculkan takut kepada Allah setelah melakukan dosa adalah :


1- Mengingat dosa-dosa yang telah lalu 


ذكر الذنوب الكثيرة التي سبقت


Salah satu hal yang merusak amal dan hati seorang hamba adalah dia melalukan dosa di masa lalu. Tapi dia lupa dengan dosa tersebut. Pernah melalukan dosa besar tapi dia lupa yang akhirnya dia tidak bertaubat kepada Allah Swt. Pernah maksiat tapi lupa dengan maksiatnya. Pernah berdosa tapi tidak segera ditaubati. Sehingga menurut Imam Ghazali cara memunculkan takut kepada Allah adalah dengan mengingat dosa-dosa yang telah lalu. 


Abah Djamal dulu ketika Pengajian Ikhya Ulumudin di Masjid Al-Muhibin ini pernah cerita bahwa Sayidina Umar punya masa lalu yang tidak baik. Di masa jahiliyah siapa yang tidak mengenal Sayidina Umar. Tapi ketika Sayidina Umar sudah Islam beliau adalah pilar pelindung Nabi Muhammad. 


Ketika Fathu Makah yaitu saat penaklukan Kota Makah, ada perilaku Sayidina Umar yang terekam oleh beberapa sahabat dimana di satu tempat Sayidina Umar berdiri dan menangis sesenggukan. Ditanyakan, “Ma Yubkika Ya Umar?”. Apa yang membuatmu menangis Ya Umar?. 


Sayidina Umar menjawab, “Di tanah ini dulu ketika aku masih Jahiliyah aku telah mengubur anak perempuanku hidup-hidup di sini!. Maka sekarang saat aku telah Islam dan mengikuti ajaran Rasulullah aku menyadari begatapa bodohnya Aku mau mengubur anakku yang perempuan”. 


Apa yang dilakukan oleh Sayidina Umar ini adalah bentuk dari selalu mengingat perilaku atau dosa yang pernah dilakukan di masa lalu.  Sampai beliau berkata, “Andai aku tidak bertemu dengan Rasulullah maka perilakuku tetap berperilaku seperti orang Jahiliyah”. Para sahabat saja ketika mereka pernah melakukan dosa besar masih terus teringat. 


Dalam kitab Thobaqatus Sufiyah diceritakan tentang seorang perempuan bernama Syakwanah Al-Ubulah yang dipuji-puji oleh Imam Ghazali karena selalu menangis di dalam mengingat-ingat dosa yang pernah dilakukan. 


Sebelum bertaubat Syakwanah Al-Ubulah adalah seorang sosialita yang suka bermaksiat. Pekerjaan Syakwanah sebelum taubat adalah sering mendatangi tempat hiburan. Mabuk dan berkumpul-kumpul dengan laki-laki. 


Satu malam ketika dia berjalan di kota Basrah dia mendengar orang-orang yang berkumpul dan selalu bertasbih, “SubahanaAllah”. Akhirnya Dia menyuruh satu pelayannya untuk ngechek ke dalam. Tapi budaknya tidak kembali. Sampai yang kedua. Juga tidak kembali. Sampai 3 pelayan semua tidak ada yang kembali. 


Akhirnya Syakwanah sendiri yang mendatangi. Ternyata 3 pelayan yang memeriksa sebelumnya telah berkumpul mendengarkan ngaji dari Ulama Basrah yang semua orang yang berada disana sedang menangis mendengarkan ngaji dari ulama tersebut.


Mengapa semua menangis?. Karena sang ulama sedang membahas ayat tentang akhirat. Syakwanah yang mendengar itu juga ikut menangis. Lalu dia bertanya kepada Syekh yang menjelaskan, "Ya Syekh, apabila ada orang berdosa sebesar gunung dan seluas lautan apakah Allah Swt akan mengampuni?”. 


Syekh itu menjawab, “Seberapa dosa besar yang dilakukan oleh manusia bahkan ada orang yang melakukan dosa seperti dan sebanyak dosa Syakwanah, pasti Allah mengampuni!”. Padahal yang bertanya adalah Syakwanah sendiri. Karena memang terkenal ahli maksiat ahli dosa. 


Akhirnya sejak itu syakwanah bertaubat dan selalu menangis ketika mengingat-ingat dosanya. Sampai diakatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang menangisnya melebihi Syakwanah”.  Mengapa bisa sedemikian Syakwanah menangis?. Karena dia mengingat-ingat dosanya. 


Hasan al-Basri pernah berkata, "Jika Syakwanah menangis aku takut, dia akan kehilangan penglihatannya!". Tapi Syakwanah menjawab kata-kata Hasan dengan menyatakan, "Aku lebih suka buta dunia dariapda aku akan buta di akhirat, buta karena tidak bisa melihat Allah SWT". 


Syakwanah adalah contoh wali yang memilki khouf yang besar kepada Allah sehingga menjadikan dia taubat dan ibadah kepada Allah. 


2- Mengingat-ingat Betapa Pedihnya Siksa Allah Swt 


ذكر شدة عقوبة الله


Tidak ada orang yang terlepas dari salah dan dosa. Tapi yang terbaik dari seorang yang telah melakukan dosa adalah mau bertaubat kepada Allah Swt. Sebab menurut Imam Ghazali agar kita takut kepada Allah  dengan Mengingat-ingat Betapa Pedihnya Siksa Allah Swt. 


Nabi pernah bercerita dalam sebuah hadist dari Amr bin Dinar dimana ada penduduk Madinah yang mempiki anak perempuan yang sedang sakit dan wafat. Karena telah mati maka dikuburlah perempuan itu. Setelah mengubur ternyata laki-laki itu ingat ada satu benda yang ikut terkubur di makam liang lahat adiknya. Akhirnya dia mencari teman untuk menemani menggali kubur adiknya. 


Ketika sudah akan terlihat jasadnya. Temannya disuruh pulang. Dan akan dia  kerjakan sendiri untuk mengambil barangnya. Saat terlihat jasad adiknya, dia tidak mengambil benda yang tertinggal dia malah ketakutan dan lari pulang. Akhirnya dia bertanya tentang perilaku adiknya kepada sang ibu. Ibunya menjawab, “Jangan bertanya tentang apa bagaimana perilaku adikmu karena adikmu sudah mati!”. 


Lalu dia bertanya lagi dan bercerita tentang keadaan makam adiknya. Ibunya lalu bercerita  bahwa adiknya senang mengakhirkan sholat. Dia ketika sholat tidak dengan wudlu yang sempurna. Dia senang datang ke rumah tetangga untuk ghibah dan namimah. Akhirnya saudara laki-laki itu berkata, “Wahai Ibu jangan sampai saudara-saudara saya seperti itu lagi”. 


Dalam kitab Irsyadul Ibad disebutkan Al-Afiyah     Atau anugerah ada 10 jumlahnya. 5 diberikan di dunia dan 5 diberikan di alam kubur sampai akhirat. Salah satu afiyah adalah al-ilmu yaitu anugerah mendapatkan ilmu sehingga apabila orang diberi kekuatan hadir di majelis ilmu berarti dia mendapatkan anugerah Allah Swt yang pertama. Dan diantara afiyah berupa ilmu adalah mengetahui cara wudlu dan dengan wudlu yang sempurna sebelum sholat. 


Dalam kitab Al-Azkar Nawai disebutkan satu kisah tentang pentingnya ilmu bersuci yaitu ketika Nabi melewati pekuburan. Beliau tiba-tiba berdoa dengan khusyuk dan mengambil dua tangkai pelepah kurma dan diletakan di dua makam yang beliau lewati. Beliau kemudian beroda lagi. Sampai ada Sahabat yang bersama beliau bertanya kenapa beliau berdoa dengan khusyuk di atas dia makam ini. Nabi menjawab mereka sedang disiksa oleh Allah Swt karena kencing tidak tuntas atau kencing tidak dibersihkan. 


Inilah pentingnya mengingat perihnya azab Allah agar kita bisa khouf dan takut kepada Allah Swt. 


3- Mengingat betapa beratnya diri kita ketika menanggung atau menerima siksaan Allah Swt 


ذكر ضعف نفسك ان احتمل العقوبة


Merasa diri kita lemah apabila menanggung beratnya uqubah atau siksa Allah Swt sehingga itu menjadikan takut kepada Allah Set. 


Kesempatan beramal dan ibadah kita hanya di dunia. Ketika nafas telah berakhir maka berakhir pula kesmepatan untuk beribadah kepada Allah Swt. 


4- Mengingat Kekuasaan Allah Swt atas kita. Allah berkehendak apa saja dan kapan saja kepada kita serta bagaimana saja terhadap hambanya. Allah Swt bisa berkehendak ada orang ahli ibadah mati dalam keadaan khusnul khotimah. Karena itulah taqdir dari-Nya. Dan bisa saja orang yang ahli maksiat dia mati suul khotimah. 


Syekh Izudin bin Abdusalam berkata bahwa memperbesa rasa takut kepada Allah akan mencegah dari segala yang dilarang oleh Allah Swt. (*)


 *Disarikan dari Ngaji Hikam Setiap Malam Selasa oleh KH. Saiful Hidayat, M. HI, di Masjid Bumi Damai Al-Muhibin Tambakberas Jombang, 9 Desember 2024. 


Posting Komentar untuk "Ngaji Hikam Bab Tahapan Kesempurnaan Ibadah (5)"