Ngaji Hikam Hikmah Ke-78 & Ke-79

I- Oleh-oleh Umrah


Ada beberapa pengalaman ketika kemarin kami mendapat anugerah umrah selama 16 hari yaitu 7 hari di Madinah dan 7 di Mekah. Diantaranya adalah kami diberikan kesempatan bisa sowan kepada Syekh Mahmud. Beliau adalah salah satu murid kesayangan dari Syekh Yasin Al-Fadani. Syekh Mahmud adalah Katib dari Syekh Yasin Al-Fadani dan Khatam ngaji Kutubus Sitah Kepada Beliau. Dari Syekh Mahmud Kami mendapatkan ijazah doa yang biasa diijazahkan Abah Djamal yaitu doa: 


اللهم أعنّا على ذكرك وشكرك، وحسن عبادتك


Doa itu juga disebut sebagai doa musalsal bil awaliyah. Ketika mengijazahkan beliau bercerita guru kami Syekh Yasin Al-Fadani berkata bahwa sebuah doa apabila dibaca dengan ilmu tajwid  maka atsar-nya akan lebih kuat. Daripada membaca secara cepat tanpa tajwid.


Selain itu beliau juga dawuh bahwa Syekh Yasin membaca doa itu sesuai dengan hadist yang menjelaskan bahwa doa tersebut harus dibaca di belakang setiap sholat. Mengenai ini Ada yang memaknai belakang setelah sholat adalah saat sujud terakhir. Dan ada yang memaknai sebelum salam. Tapi Syekh Yasin memaknai belakang sholat adalah ketika setelah salam. 


Kami bersyukur karena selain ijazah tersebut kami juga mendapat ijazah sanad kutubus sittah yaitu 6 kitab hadist seperti Bukhari Muslim. Sunan Tirmidzi, Nasa’i, dan Abu Daud. 


Karena yang mengantar saya santri Al-Muhibin dan dia matur ke Syekh Mahmud kalau Kami bersaudara melanjutkan perjuangan Abah Djamal dalam mengaji kitab Al-Hikam Beliau dawuh, “Tidak semua orang digerakan hatinya untuk ngaji Al-Hikam baik yang membaca maupun yang belajar ngaji Hikam”. 


Saya menanggapi dawuh beliau, “Wahai Syekh, kalau ngajinya tidak berat, tapi mengamalkannya sungguh berat”. Beliau kemudian dawuh, “Mengaji kitab hikam adalah awal daripada mengamalkan kitab hikam, Karena tidak mungkin mengamalkan kitab Hikam jika tidak mengaji kitab tersebut”.  Maka beryukurlah kita digerakan oleh Allah untuk ngaji Hikam sebab dari ngaji inilah insyaAllah Allah Swt akan menggerakan kita untuk mengamalkan ilmu yang kita pelajari. 


II- Keterangan Al-Hikam Hikmah Ke-78 


Pernah suatu saat pasca pilpres saya sowan dengan keluarga kepada Sholachuddin Al-Ayyubi bin KH. Abdul Djalil Mustaqim. Saat itu kami agak gerundel karena jago dalam pilpres termasuk yang kalah. Beliau tiba-tiba dawuh, “Politik itu jangan dimasukan hati!”. Padahal kami tidak menampakan apa-apa. Hanya di dalam hati kami sedikit tidak terima. Inilah tanda beliau adalah Mursyid Kamil yang mengetahui kondisi hati muridnya. 


Dawuh beliau ini dapat kita maknai seumpama kita punya sepeda motor bagus atau mobil yang bagus. Mobil itu kita simpan di garasi apa di hati kita?. Harusnya cukup di garasi saja. Tapi terkadang kita memasukannya ke dalam hati. 


Saya pernah memasukan mobil ke hati ketika punya mobil pertama kali. Karena Saking senangnya punya Corola Tahun 1972 yang bercat merah. Satu ketika saat keluar di jalan Fatimiyah ada walisantri mepet mobil saya yang akbiatnya dari depan sampai belakang mobilnya mberet. 


Ketika takbir dan sholat zuhur saya teringat mobil tersebut habis berapa biayanya. Mulai awal sampai salam teringat mobil tersebut terus. Itu karena saya menaruh mobil di dalam hati. 


Kebetulan pada malam selasa pasca tragedi itu Abah Djamal mengaji Al-Hikam dengan tema hikmah : 


كيف يشرق قلب صور الأكوان منطبعة فى مرآ ته


Bagaimana hatimu bisa bersinar terang benderang dan dapat menerima ilmu makrifat dari Allah Swt sedangkan hatimu ditempeli oleh gambar-gambar dunia. 


Oleh karena itu dawuh Yai Mursyid politik jangan dimasukan hati. Karena apabila dimasukan hati, hati akan ditempeli oleh gambar-gambar dunia sehingga tidak bisa menerima ilmu makrifat kepada Allah Swt. 


Di dalam hikmah Ke-78 di dalam Kitab Al-Hikam Syekh Ibnu Athaillah Al-Syakandari berkata:


الأكوان ظاهرها غرة، و باطنها عبرة، فالنفس تنظر إلى ظاهر غرتها، و القلب ينظر إلى باطن عبرتها


Alam semesta (seluruh makhluk selain Allah disebut akwan. akwan bisa berbentuk jabatan, harta, gaji, dan pangkat) dan seisinya luarnya adalah tipuan, sedangkan batinnya mengandung pelajaran. Nafsu melihat luar dari akwan (tipuan dari akwan). Sedangkan hati melihat sisi dalam dari akwan atau pelajaran dari  akwan. 


Dunia dan seisinya memiliki dua sisi yaitu sisi luar yang tampak indah sehingga dapat memperdaya dan menipu manusia serta sisi dalam yang bisa dilihat oleh mata batin dan hati yang di dalamnya terdapat pelajaran. Sayidina Abdullah bin Abas pernah berkata: 


إن الله جعل الدنيا ثلاثة أجزاء; جزء للمؤمن، وجزء للمنافق، وجزء للكافر، فالمؤمن يتزود والمنافق يتزين والكافر يتمتع


Artinya : Sesungguhnya Allah membagi dunia menjadi 3 bagian yaitu : (1) Bagian untuk orang mukmin, (2) Bagian untuk orang munafiq, dan (3) Bagian untuk orang kafir. Orang mukmin menjadikan dunia sebagai bekal menuju Allah. 


Kalau kita melihat dunia bagian dari orang mukmin adalah untuk bekal menuju Allah Swt. Maka sebenarnya orang mukmin boleh memegang dunia tapi hanya sampai tangan. Boleh kaya tapi tidak dimasukan hati. Yang dinamakan zuhud adalah tidak memasukan dunia ke dalam hati atau tidak adanya kebergantungan hati akan dunia. 


Terkadang orang zuhud malah kaya. Tapi kekayaannya tidak dimasukan hati. Hati tidak bertaaluq dengan dunia. Dunia bagi orang zuhud adalah tempat untuk menanam amal yang hasil panennya besok dipetik di akhirat. 


Oleh karena itu jangan sampai setelah ngaji hikam kemudian tidak mau bekerja. Tidak mau dunia dengan alasan zuhud dan menganggap dunia sebagai bangkai yang menjijikan. Jangan!. Karena Allah berfirman: 


وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ


Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia. 


Dunia adalah wasilah kita menujua akhirat. Dengan menjadikan dunia sebagai bekal untuk ibadah. Kita l bisa ibadah umrah. Kita bisa ngaji karena ngaji bensin dan itu semua dunia sebagai penunjang akhirat. Sehingga orang mukmin menganggap dunia karena dia bisa melihat pelajaran dari batinnya dunia. 


وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى


Allah memerintah kita untuk mencari bekal sehingga mencari bekal adalah wajib. Akan tetapi sebaik-baik bekal adalah taqwa kepada Allah Swt. 


Allah juga mengajarkan kita untuk berdoa agar hidup di dunia hasanah dan akhirat juga hasanah. Jadi agar keduanya menjadi hasanah atau baik. Ronanaa Atina Fi Dunya Hasanah wa Fil Akhirati Hasanah. 


لا يغرنك تقلب الذين كفروا في البلاد متاع قليل 

ثم مأواهم جهنم


Dunia luarnya adalah tipuang sehingga Allah mengingatkan agar kita jangan sampai tertipu oleh bolak-baliknya dunia. Jangan sampai terperdaya olehnya. Karena sungguh dunia disebut sebagai kenikmatan yang kecil (mata’un qalilun) dan tempat bagi orang kafir adalah neraka jahanam. 


Dari ayat inilah kemudian Syekh Ibnu Athaillah mengatakan bahawa dunia luarnya hanyalah tipuan sedangkan sisi dalamnya adalah pelajaran. 


فقد جعل الله هذه الدنيا وما فيها ظهرها غرة


I- Orang yang Melihat Dunia dari Sisi Luar Dia akan Tertipu


Dalam syarahnya dijelaskan bahwa Allah Swt telah menjadikan dunia dan isinya menipu. Jika ada orang hanya berhenti pada luarnya dunia maka dia pasti akan tertipu. Sebagaimana dia hanya bisa melihat indah dan bagusnya dunia yang dapat memenuhi hawa nafsu baik itu berbentuk makanan, minuman, tempat tinggal, jabatan dan sebagainya. 


Menjadi pejabat misalnya sangatlah terhormat. Diiringi oleh pengawalan yang ketat. Kemarin saya mau ngaji ke Tuban. Beriringan dengan RI Sekian. Mobil dipepet. Lalu ketika turun dari mobil semua hormat dan cium tangan. Nah, kalau seorang pejabat hanya melihat sisi nikmat itu saja lalu berhenti, maka dia sudah selesai dan termasuk yang terperdaya oleh luarnya dunia. 


Tapi ada juga pejabat kita yang memang merebut jabatan untuk memperjuangankan undang-undang dan hukum yang baik agar tidak dikuasai oleh pejabat yang kacau. Yang seperti ini adalah pejabat yang melihat jabatab dunia dari sisi dalamnya yaitu sebagai pelajaran dan amal akhirat. 


Oleh karena itu orang yang hanya melihat sisi luar dunia dia akan sibuk siang malam. Sampai ada dua istilah keluar pagi sampai pulang pagi. Atau kepala dijadikan kaki dan kaki dijadikan kepala. Sibuk untuk menghasilkan dunia sedikit demi sedikit siang dan malam. 


Lalu tiba-tiba datang pada orang tersebut tanpa memberi kabar yaitu kematian. Karena kematian memang tidak memberi informasi. Sehingga dia menjadi orang yang sangat menyesal dan rugi. Dan itu semua tidak akan ada manfaatnya. Yang dia kumpulkan dalam hidup semua diambil oleh ahli warisnya. 


Sementara dia sendiri akan pergi menuju Allah bila zadin tanpa bekal dan persiapan. Inilah contoh orang yang melihat dunia dari sisi luarnya saja. Dia akan terperdaya dan pasti akan menyesal. Karena berjalan tanpa bekal dan persiapan. Maka yang akan dia dapatkan adalah penolakan dan dijauhkan dari Allah Swt. 


II- Hati Akan Melihat Dunia dari Sisi Dalamnya Sehingga akan Mendapat Ibrah atau Pelajaran


Hati dapat melihat batin atau bagian dalam dari dunia sehingga dapat mengambil pelajaran dari dunia. Siapapun orang yang tembus pandangannya dari sisi dalam dunia maka orang itu disisi Allah Swt akan mabrur / diterima, beruntung, dan bahagia. Sebagaimana orang itu melihat sisi dalam dunia yang penuh pelajaran yaitu :


1- Dia tahu yang namanya dunia akan cepat pergi dan berlalu. Yang namanya pangkat, jabatan dsb. Akan segera berakhir dan pergi. Rumah yang ditempati bisa jadi milik kakeknya. Kemudian di tempati orang tuanya. Lalu ditempati dia. 


2- Dunia Memberi Pelajaran Jabatan Akan berlalu Dengan Cepat

Orang yang bisa melihat sisi dalam dunia dia akan selalu melihat pelajaran pertama dari dunia bahwa semua yang berbau dunia seperti jabatan dan pangkat akan cepat pergi. Paling hanya 10 tahun. Itupun kalau 2 periode. 


2- Dunia Memberi Pelajaran Akan Penjangnya Perhitungan. Orang kafir ketika hidup dia tidak begitu berpikir akan apa yang dilakukan di dunia karena dia merasa tidak ada pertanyaan setelah mati. 


Orang munafik menjadikan dunia sebagai perhiasan dan kemewahan sedangkan orang kafir menjadikan dunia hanya untuk kesenangan. Sehingga mereka tidak peduli darimana dunia itu didapat dan untuk apa dunia itu didapat. Akan tetapi orang mukmin kita semua tahu dunia memberi pelajaran akan panjangnya hisab besok diakhirat. 


Diantara sahabat yang diberi kabar gembira masuk surga di awal adalah Abdurahman Bin Auf. Beliau adalah 10 sahabat yang masuk surga yang paling awal. Akan tetapi khusus Abdurahman bin Auf dia masuk surga pada urutan terkahir. Mengapa? Karena beliau yang paling kaya. 


Hisab dunia di akhirat sangat panjang. Darimana di dapat dunia itu. Darimana jabatan tersebut. Bagus atau tidak cara mendapatkannya. Semua ada hisabnya. 


4- Dunia Mengajarkan Agar Dijadikan Amal untuk Akhirat. Karena dia tahu hakikat dunia maka dia mengejar dunia tapi tujuannya untuk bekal jalan menuju Allah Swt. Pemimpin yang adil sangat besar pahalanya. Karena Satu tanda tangan dan keputusannya sangat berpengaruh untuk rakyatnya. 


Dia mengumpulkan dunia karena bersiap dan mencari bekal untuk akhiratnya. Dia menjadikan dunia hanya sebagai kendaraan akhirat dan bukan sebagai tujuan. Ciri-ciri nya adalah dia tidak menjadikan dirinya sibuk akan dunia sampai lupa akhirat. 


Abah Djamal kalau berpesan kepada santri tentang pekerjaan dawuhnya selalu sederhana, “Bekerjalah dimanapun yang terpenting tidak sampai menjadikanmu melalaikan sholat dan ngaji”. Artinya jangan sampai melalaikan akhirat. 


Dalam bahasa yang lain disebutkan, “Pasar dunia jangan sampai melalaikan Pasar Akhirat”. Dalam hikmah Ke-78 ini Syekh Ibnu Atahailah memberikan kita pemahaman bahwa dunia memilki dua sisi. Jika kita berhenti pada sisi luarnya saja maka akan menajdikan kita celaka. Tapi apabila kita melihat sisi dalamnya dengan hati maka akan banyak pelajaran. Jangan alergi dengan dunia tapi tanamkan bahwa dunia adalah lahan untuk menanam akhirat. Sehingga di dunia hasanah dan di akhirat juga hasanah. 


Pada Hikmah selanjutnya yakni hikmah Ke-79 Syekh Ibnu Athaillah berkata :


إن أردت أن يكون لك عزا لا يفنى، فلا تستعزن بعز يفنى


Artinya : Apabila kamu ingin meraih kemuliaan maka janganlah kamu mencari kemuliaan itu dengan kemuliaan yang sirna. 


Hikmah ini khusus untuk salik atau murid yang sedang berjalan menuju Allah Swt. Hikmah ini dumulai dengan kalimat apabila kamu ingin kemuliaan yang abadi maka jangan mencari kemuliaan itu pada kemuliaan yang sirna. 


Pensyarah kitab mengatakan:  Wahai Salik orang yang sedang menuju Allah dan Wahai Murid orang yang mengharap ridla Allah apabila kamu ingin memiliki kemuliaan yang tidak sirna maka carilah kemuliaan itu dengan Allah karena Allah baqa’ kekal. 


Dan jangan mencari kemuilaan itu dengan yang sirna atau fatamorgana. Apa itu kemuliaan yang sirna?. Diantaranya : 


1- Mencari kemuliaan dengan harta. Jika kita mencari kemuliaan dengan cara menumpuk harta berarti kita mencari kemuliaan dengan sesuatu yang sirna. 


2- Kedua mencari kemuliaan karena kecantikaan dan ketampanan. Padahal Semua tidak abadi dan pasti sirna. Artis tahun yang dulu menjadi idola tahun 70 an sekarang sudah keriput. Gigi dan kulitnya mengkerut. 


3- Mencari kemuliaan dengan kekuatan dan banyaknya pengikut yang semua itu tidak ada yang abadi. 


4- Mencari kemuliaan dengan pangkat dan jabatan. Padahal itu akan berlalu dengan cepat kecuali yang kita cari adalah kemuliaan yang akan sirna dan sementara. Karena ada penyakit Post Power Sindrom yaitu apabila berkuasa gagah. Tapi tidak gagah ketika tidak berkuasa. Kalau kita tidak berkuasa atau tidak tetap gagah karena bersama Allah yang memiliki kemuliaan yang tidak pernah sirna. Walaupun dompetnya kosong. 


Siapapun orang yang mencari kemuliaan dari empat hal itu maka kemuliaannya akan sirna hanya menunggu waktu. Kalau kita ingin mulia yang sejati dan hakiki maka carilah kemuliaan dari Allah Swt melalui Rasulullah yaitu dengan taat kepada Allah dan Rasulullah. Atau mendekat kepada wali-wali Allah. 


أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا


Artinya : Apakah mereka akan mencari kemuliaan dari sisi kawan-kawannya ketahuilah seluruh kemuliaan itu ada ketika dia bersama Allah Swt. 


Jangan sampai salah mencari kemuliaan. Karena kemuliaan adalah dengan cara menempelkan diri kepada Allah Swt, Rasulullah, dan kekasih-Nya. 


Ada 3 tingkatan kemuliaan yang tidak sirna yaitu kemuliaan yang diberikan kepada orang awam, kepada orang salikin dan arifin. Yaitu: 


1- Orang awam dan orang yang belum

Masuk thoriqah cara mencari kemuliaan yang tidak sirnah adalah dengan mendekat kepada para wali Alllah Swt atau Sukhbatul Auliya, dan Ulama. 


Kita tergantung dengan siapa yang berkumpul. Kita yang sering berkumpul dengan Abah Djamal dan nderekaan beliau dimanapun. Ketika beliau duduk di VVIP pasti kita yang nderekan juga iku kursi VVIP. Itu karena ada sukbatul Auliya. Sehingga apabila anak kita ingin mulia kumpukan lah mereka dengan para kiai, orang sholeh. ulama dan orang alim. Sehingga dalam syari disebutkan, “Wong Kang Sholeh Kumpulono”. Imam Syafii berkata : 


أُحِبُّ الصَّـالِحِينَ وَلَسْتُ منهم


Aku mencintai orang sholeh walaupun aku bukan belum sholeh seperti mereka. 


1- Dengan Memuliakan Orang Sholeh

Kumpul dengan orang sholeh itu bagaimana?. Yaitu dengan memuliakan beliau-beliau. Tidak menyakiti. Tidak ngerasani, dsb. Setiap akan ziarah hikam Abah biasanya menjelaskan bahwa : 


مكتب في باب العرش من زار العلماء فكأنما زار الأنبياء


Artinya : Tertulis di pintu Ars bahwa barangsiapa sowan kepada para ulama maka dia seperti sowan kepada para nabi. 


Orang awam apabila ingin mulia yang tidak sirna maka tidak dengan mengandalkan diri sendiri tapi dengan kumpul orang sholeh dan ulama dengan cara memuliakannya. 


2- Dengan Berkhidmah

Cara yang lain adalah dengan bil khidmah atau dengan melayani. Seperti menatakan sandalnya. Alangkah mulianya seorang santri apabila ditakdir berkhidmah kepada kiai-nya. Maka para santri jangan boyong dulu kalau belum berkhidmah kepada kiai. 


3- Dengan Khusnul Adab yaitu tatakerama yang baik. Tatakerama adalah perkara terpenting. Adab kepada Gurumu adalah yang menentukan kelak kamu keluar dari pesantren. Sampai Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlaq. 


Sayidina Ali menjelaskan tentang hasist menjaga keluarga dari api neraka adalah dengan mengajari kekuarga dan mendidik tatakerama. 


II- Kemuialaan yang Abadi Bagi Salikin dan Muridin 


1- Dengan Taat kepada Allah Swt yaitu segera melakukan ketaatan dan dengan bersegera menjauhi larangannya. Seperti di Masjidil Haram ketika sudah adzan semua bersegera karena takut ketinggalan jamaah. 


2- Dengan jalan menyebut atau zikir kepada Allah. Sebagaimana syair, “Zikir wengi engkang sue”. Yaitu lama karena zikirnya banyak. Oleh karena itu dalam thoriqah zikirnya banyak. Syahadat 100x, takbir 100x. Istigfar 100x, sholawat 100x dan tahlil 100x. Sampai Abah pernah mengijazahi zikir harian. Ada Dalaill, Qodiriyah, dsb. Itu semua dalam rangka mendekat kepada Allah Swt. 


3- Bersungguh-sungguh dalam hal mengahadilkan berbuat baik dalam kehidupan 


III- Kemuliaan Untuk Orang Arifin 


1- Dengan jalan mengagungkan Allah dengan seagung-agungnya. Tidak ada yang dipandang selain Allah. Tidak ada yang lebih dicintai selain Allah. 


2- Ridla dengan Apa yang sudah diputuskan Allah. Ridla dengan taqdir-Nya. Bagi santri kata Mbah Maemon Zubari yang berat adalah ridla dengan qadla dan qadar Allah. 


 *Disarikan dari Ngaji Hikam Setiap Malam Selasa oleh Dr. KH. Abdul Kholiq Hasan, M. HI, di Masjid Bumi Damai Al-Muhibin Tambakberas Jombang, 2 Desember 2024. 


1 komentar untuk "Ngaji Hikam Hikmah Ke-78 & Ke-79"